Sabtu, 24 Juli 2010

RESAHKU YANG TAK BERUJUNG

Ku ulurkan jari jemariku tuk cari sesuatu dalam lubuk hati
Ku hamparkan pandanganku ke Angkasa yang tak berujung
Ku berlari sekuat tenaga tuk mengejar segala asa-Mu
Dan Ku coba menata hati ini dengan harapan menemukan-Mu
Engkau pergi………… Engkau Menghilang……. ……….
Engkau meninggalkan ku dalam kegelapan-Mu
Dimana Diriku……… Dimana Cintaku……. Dimana Hatiku
Dimana…………………..
Engkau seakan musnah dan tak akan kembali.
Semakin ku mengejarmu……Engkau semakin menjauh dari ku
Semakin ku berharap…… Engkau semakin melupakanku
Resahku …………….. Resahku………………..Resahku
Resah yang tak berujung……………….

Kamis, 15 Juli 2010

Sistem Sosial Budaya Indonesia


PENDIDIKAN DI SEKOLAH PENGUSUNG KEBEBASAN
( ANALISA ARTIKEL DARI SUDUT MODERNISASI )

BAB I
PENDAHULUAN
RINGKASAN ARTIKEL
Redaksi Kompas hari Jumat , 9 April 2010 menerbitkan artikel dengan judul Pendidikan di Sekolah Pengusung Kebebasan. Artikel ini memberitakan tentang dua sekolah yang telah mempraktikkan konsep pendidikan yang mengusung Kebebasan. Kreativitas dan kemampuan berpikir kritis saat ini disepakati sebagai pilar utama pengembangan jiwa kewirausahaan ( entrepreneurship ). Seperti yang dipraktikkan oleh dua sekolah yang ada di Yogyakarta yaitu Sekolah Dasar Kanisius Eksperimen Mangunan, Kalitirto, Berbah, Sleman yang berdiri sejak tahun 2002 dan Sanggar Anak Alam (Salam) di Nitiprayan, Bantul yang berdiri pada tahun 2000. Kedua sekolah ini mengusung konsep pendidikan yang membebaskan dan berusaha mendobrak kekakuan dalam pola pendidikan.
Nuansa kebebasan ini sengaja ditumbuhkan untuk menghindari tumbuhnya rasa takut pada anak, karena rasa takut yang ada pada diri anak-anak akan memadamkan kreativitas dan daya eksplorasi mereka. Proses pembelajaran sekolah masih mengacu pada kurikulum pemerintah, akan tetapi lebih mengedepankan pengasahan kreativitas, daya eksplorasi anak dan perpaduan integral dari keduanya yang membentuk kemempuan berpikir kritis.
Konsep awal berdirinya sekolah ini adalah pendidikan untuk kelompok anak dari keluarga miskin, akan tetapi keluarga menengah keatas lebih menyukai dan berminat sistem pendidikan seperti ini. Seperti menetapkan hari Sabtu sebagai hari kreativitas. Melalui kegiatan jalan-jalan, anak-anak diarahkan bersosialisasi dengan masyarakat dan alam sekitarnya. Pada hari Senin sampai Kamis, semua siswa diwajibkan mencari pertanyaan diluar pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa berasal dari hal-hal yang ditemui sehari-hari atau peristiwa yang menggelitik rasa ingin tahu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibahas dengan guru dan juga teman-temannya.
Yang terpenting dalam kegiatan ini adalah bukan jawaban yang diperoleh,tetapi kepekaan anak-anak dalam melihat lingkungannya dan keberanian untuk memunculkan pertanyaan. Kegiatan tingkat sekolah dasar diawali dengan kegiatan berkebun sayur- mayur atau menyiapkan hidangan di dapur. Kegiatan ini mengajak anak mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, tanpa harus menghafal. Otomatis kepekaan terhadap lingkungan dan alam akan terasah. Setiap hari mereka mengamati perubahan cuaca, fauna sawah, dan perkembangan tanaman yang mereka rawat.
Lokasi atau letak kedua sekolah ini pun unik, yaitu berbaur dengan pemukiman penduduk. Tak ada pagar yang membatasi sekolah dengan masyarakat. Ruang guru, Kelas dan Perpustakaan terdiri dari beberapa rumah tradisional dan dikelilingi oleh sawah dan kebun. Pendidikan yang memerdekakan mengasah kemampuan anak untuk menemukan atau bahkan menciptakan peluang di sekitarnya, hal ini membutuhkan daya kreativitas, eksplorasi dan kepekaan akan permasalahan dalam masyarakat.
Artikel diatas merupakan Modernisasi karena Sistem dan konsep pendidikan yang diajarkan di kedua sekolah tersebut lebih mengedepankan pengembangan kreativitas, eksplorasi dan kepekaan terhadap lingkungan. Hal ini berbeda dengan sistem dan konsep pada sekolah yang ada pada umumnya. Modernisasi memberikan keuntungan bagi umat manusia, terutama adanya fakta bahwa melalui modernisasi manusia mampu mengungkap berbagai potensi yang tersembunyi dan yang tertekan dalam masyarakat pramodern.(Simmel).
BAB II
FAKTOR DAN SYARAT MODERNISASI
Modernisasi menurut Wilbert E. Moore adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional/pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil.
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Adanya penemuan dan perkembangan dibidang IPTEK ( inovasi dan pembaruan ) yaitu dengan Sistem dan konsep pendidikan yang membebaskan dan berusaha mendobrak kekakuan dalam pola pendidikan. Dengan adanya perkembangan proses pembelajaran sekolah yang lebih mengedepankan pengasahan kreativitas, daya eksplorasi anak dan perpaduan integral dari keduanya yang membentuk kemempuan berpikir kritis.
Adanya kemajuan di bidang perekonomian yaitu dengan adanya Kreativitas dan kemampuan berpikir kritis saat ini, yang disepakati sebagai pilar utama pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dan Pengembangan entrepreneurship adalah kunci kemajuan. Karena dengan cara ini dapat mengurangi jumlah pengangguran, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan keterpurukan ekonomis.
Kegiatan tingkat sekolah dasar diawali dengan kegiatan berkebun sayur- mayur atau menyiapkan hidangan di dapur. Kegiatan ini mengajak anak mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, tanpa harus menghafal. Otomatis kepekaan terhadap lingkungan dan alam akan terasah. Setiap hari mereka mengamati perubahan cuaca, fauna sawah, dan perkembangan tanaman yang mereka rawat. Pendidikan sistem ini akan memajukan masyarakat kita dibidang pertanian.
Dengan dicapainya stabilitas pertahanan dan keamanan dalam kehidupan bermayarakat karena secara politis sistem dan konsep pendidikan kewiraswataan dapat meningkatkan harkat sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat.
B. SYARAT – SYARAT MODERNISASI
Menurut Soerjono Soekanto, syarat - syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran sekolah yang lebih mengedepankan pengasahan kreativitas, daya eksplorasi anak dan perpaduan integral dari keduanya yang membentuk kemempuan berpikir kritis, merupakan cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking). Hal ini menuntut suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik.
2. Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi , dengan banyaknya masyarakat yang menyukai dan berminat dengan sistem pendidikan yang memerdekakan mengasah kemampuan anak untuk menemukan atau bahkan menciptakan peluang di sekitarnya.
Hal ini membutuhkan daya kreativitas, eksplorasi dan kepekaan akan permasalahan dalam masyarakat. Konsep awal berdirinya sekolah ini adalah pendidikan untuk kelompok anak dari keluarga miskin, akan tetapi keluarga menengah keatas lebih menyukai dan banyak yang berminat dengan sistem pendidikan seperti ini. Hal ini dilakukan secara bertahap, karena menyangkut sistem kepercayaan masyarakat.
BAB III
RESIKO MODERNISASI DAN SOLUSINYA
A. RESIKO MODERNISASI
Sistem pendidikan yang tidak didasari dengan ideologi yang kuat akan menghasilkan lulusan yang gamang dalam menerjemahkan peran dirinya di tengah masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya sarjana yang hanya berorientasi pada lapangan pekerjaan, dan tidak mencari jalan keluar dengan menjadi entrepreneur, ataupun social entrepreneur.
Pendidikan kita harus didorong untuk membangun Indonesia dari bawah, bukan untuk menjadi tenaga kerja yang melulu berharap pada investasi asing. Di sini terlihat kesalahan rancang bangun pendidikan nasional, karena mengandung bias kota dan sentralisasi pembangunan. Imbasnya, setelah melewati bangku sekolah dan perguruan, seseorang cenderung akan menuju kota dan pabrik, karena pola modernisasi sudah terinternalisasi dalam alam fikirnya.
Adanya salah Persepsi tentang Pendidikan yang lebih mengutamakan pengembangan jiwa kewirausahaan ( entrepreneurship ). Jika pendidikan wirausaha hanya dimaknai sebagai kegiatan melatih seseorang agar pintar mencari uang dan cepat meraih kekayaan, hasilnya justru akan kontraproduktif. Alih-alih akan mendekatkan masyarakat pada kehidupan sejahtera, langkah seperti itu malah akan memperburuk tatanan ekonomi daerah dan melanggengkan ketimpangan sosial ekonomi.
Adalah kekeliruan besar jika kita melihat pendidikan semata sebagai sistem yang mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pola industrialisasi yang tercetak dalam cara berfikir positifistik (UN adalah salah satu indikatornya). Bangsa ini tidak perlu mengambil jalan keliru dengan menjadikan pendidikan sebagai mesin pencetak tenaga kerja. Karena itu bukanlah nation dan characterbuilding. Itu adalah robotbuilding. Kecuali para pemimpinnya menginginkan negara ini menjadi negara yang berisikan ratusan juta buruh semata.
Konsep pendidikan yang membebaskan dan berusaha mendobrak kekakuan dalam pola pendidikan apabila tidak ada peraturan yang membatasi akan menimbulkan permasalahan baru seperti kebebasan berpakaian, Permasalahan yang timbul yaitu akan adanya persaingan dalam penampilan para siswa dan memungkinkan akan timbulnya kelompok-kelompok dalam sekolah.
B. SOLUSI
Salah satu langkah jitu untuk meningkatkan mutu pendidikan agar para pelajar kita bisa menjadi pelaku pembangunan yang efektif di masa depan, adalah kontekstualisasi pendidikan. Yang dimaksud dengan kontekstualisasi pendidikan, adalah mengkaitkan segenap pelajaran di sekolah dengan kehidupan nyata, khususnya dengan dinamika pembangunan di daerah.
Yang harus dijadikan visi ke depan adalah pengembangan pendidikan memultiplikasi potensi sumber daya alam ke dalam tangan-tangan yang mampu memanfaatkannya secara bertanggungjawab. Prakondisi untuk memperbaiki pendidikan kita sudah ada. Desentralisasi politik dan pendidikan adalah landasan emas untuk membebaskan pendidikan dari kekangan logika (hubungan industrial).
Yang tinggal diselaraskan adalah cita-cita nasional, dan juga cita-cita daerah. Revitalisasi perguruan strategis seperti IPB juga akan sangat bermanfaat. Menanamkan kompetensi ke dalam diri anak didik adalah satu hal. Tapi membangun karakter dan jiwa adalah tantangan sesungguhnya. Tapi itu jelas waktu yang cukup untuk melakukan otokritik dan mengakui letak kesalahan dunia pendidikan kita.
BAB IV
KESIMPULAN
Perkembangan proses pembelajaran sekolah yang lebih mengedepankan pengasahan kreativitas, daya eksplorasi anak dan perpaduan integral dari keduanya yang membentuk kemempuan berpikir kritis. Kreativitas dan kemampuan berpikir kritis saat ini, yang disepakati sebagai pilar utama pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dan Pengembangan entrepreneurship adalah kunci kemajuan.
Pendidikan kita harus didorong untuk membangun Indonesia dari bawah, bukan untuk menjadi tenaga kerja yang selalu berharap pada investasi asing. Dan Sistem Pendidikan yang diselaraskan dengan cita-cita nasional, dan juga cita-cita daerah. Revitalisasi pendidikan dengan konsep mengusung kebebasan juga akan sangat bermanfaat. Menanamkan kompetensi ke dalam diri anak didik adalah satu hal. Tapi membangun karakter dan jiwa adalah tantangan sesungguhnya dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta. Rajawali Pers. 2004
http://netsains.com

Sistem Sosial Budaya Indonesia


          TERORISME, PAHAM KEKERASAN DAPAT DILUNAKKAN, IDEOLOGI SULIT
( ANALISA ARTIKEL DARI SUDUT PERMASALAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT )

BAB I
LATAR BELAKANG
A. RINGKASAN KASUS
Persoalan teroris yang terjadi di Indonesia sangat berkaitan dengan idiologi yang di anut oleh para pelakunya. Pemberantasan terorisme melalui pendekatan legal formal seperti operasi polisi tidaklah efektif memupus idiologi tersebut. Karena idiologi yang mereka anut adalah sudah merupakan “harga mati” prinsip tersebut sudah ada daam benak pelakunya, khususnya para napi /tahanan teroris yang tergolong papan atas daam aktivitas gerakan mereka.
Idiologi yang telah dianut anak-anak muda sangatlah susah diberantas karena tidak adanya kemampuan berpikir kritis, sehingga mereka dengan mudah terjebak dalam aliran yang ekstrem dogmatis. Anak – anak muda yang mempunyai potensial itu ternyata tergiur ambil jalan pintas dengan menganggap penegakan syariah Islam sebagai satu –satunya solusi untuk menyelesaiakan masalah kehidupan ini.
Akar permasalahan Terorisme yang muncul di Indonesia selain karena Idiologi , tetapi juga ditimbulkan oleh ketidak adilan pemerintah Indonesia dan kemiskinan yang menimpa masyarakat bawah. Pengikut teroris di Indonesia sangatlah kecil dibandingkan dengan penduduk Indonesia, dan keadaan teroris di seluruh dunia saat ini dalam keadaan terdesak.
Akan tetapi terorisme sulit untuk diberantas tuntas dan selalu bisa tumbuh kembali, hal ini dikarenakan sudah terjadi fiksasi stigma soal Barat atau Amerika Serikat yang menindas umat Islam, meskipun empirik terjadi di negara lain, bukan di Indonesia.
B. PERMASALAHAN SOSIAL
Contoh kasus diatas menggambarkan Idiologi yang dianut oleh para pelaku teroris adalah salah satu bentuk masalah sosial yang telah banyak menjebak para masyarakat Indonesia khususnya anak-anak muda, sehingga tidak dapat berpikir kritis dan realitis. Selain Idiologi ketidak-adilan pemerintah dan kemiskinan juga merupakan akar permasalahan yang memicu timbulnya terorisme yang ada di Indonesia.
BAB II
ANALISA
Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
A. SUMBER MASALAH:
Sumber masalah penyebab terjadinya Terorisme adalah Dari faktor perbedaan ideologis dan pemahaman tentang agama yang berbeda-beda sampai kesenjangan sosial dan pendidikan yang membuat masyarakat lebih mudah untuk disusupi oleh jaringan-jaringan teroris. Pengaruh terorisme dapat memiliki dampak yang signifikan, baik segi keamanan dan keresahan masyarakat maupun iklim perekonomian dan parawisata yang menuntut adanya kewaspadaan aparat intelijen dan keamanan untuk pencegahan dan penanggulangannya.
Faktor Sosial, yaitu ketidak adilan itu terjadi di berbagai masyarakat baik secara sosial, politik, ekonomi, maupun budaya. Berbagai faktor ketidak adilan tersebut akan memicu faktor radikalisme dan fundamentalisme. Radikalisme dan fundamentalisme akan dipermudah oleh rendahnya pendidikan, kemiskinan, budaya, dan kehidupan sosial. Keterbelakangan pendidikan, perubahan politik, kemiskinan atau rendahnya peradaban budaya dan sosial seseorang akan memicu radikalisme dan fundamentalisme yang berujung pada kekerasan, ekstrimisme dan terorisme.
B. FAKTOR - FAKTOR MASALAH SOSIAL
1. Faktor Ekonomi
Jaringan teroris sangat memerlukan sumber dana maupun sumber daya manusia untuk melakukan aksinya. Dana merupakan satu hal penting, bukan hanya untuk pembelian senjata, alat-alat penghancur bahan peledak untuk bom, tetapi juga untuk mempertahankan hidup sel-sel pengikutnya. Dana didapatkan dari kegiatan ilegal perdagangan, prostitusi, judi dan sebagainya.
Melalui pencucian uang hasil kejahatan komersial, penyelundupan dan korupsi, dana menjadi bersih asal usulnya, sah dan sulit ditelusuri. Mengingat sangat kompleksnya masalah pencucian uang karena terkait dengan pendeteksian dini dan harus dilakukan secara tertutup, maka institusi intelijen sangat diperlukan di dalam perumusan pencegahan terhadap kejahatan terorganisir.
Kemiskinan merupakan ladang subur persemaian benih-benih terorisme dan karenanya bagi negara yang bersungguh-sungguh ingin menyelamatkan negara dari tindakan teror akan memilih jalan membangun kesejahteraan rakyatnya. Biasanya kelompok teroris tumbuh dan berkembang di negara yang kondisi perekonomiannya carut-marut. Mereka kecewa dengan pemerintah yang berkuasa dan melakukan pemberontakan.
2. Faktor Psikologi
Dalam kasus di atas faktor psikologi yang didasarkan atas adanya keinginan untuk mempertahankan keyakinannya sebagai sebuah kebenaran, memegang peranan penting dari berbagai aksi yang dilakukan. Aksi teror yang terjadi belakangan ini adakalanya dikibarkan atas nama agama. Terma jihad dibajak untuk membenarkan aksi mereka.
Idiologi yang dianut oleh para pelaku terorisme adalah suatu realitas yang berangkat dari pemahaman dan keyakinan masing-masing individu terhadap apa yang mereka yakini dan pahami tentang adanya kekuatan dan kebenaran sebuah eksistensi yang lain diluar apa yang dilihat dan terasa olehnya. Idiologi ini mendasari berbagai jenis tindakan yang diambil dalam upaya untuk menjaga keseimbangan. Apabia keseimbangan ini terganggu maka muncul reaksi negative dari indifidu yang bersangkutan.
3. Faktor Kebudayaan
Selain faktor ekonomi, psikologi, faktor kebudayaan juga memegang peranan penting dalam masalah ini. Banyak faktor yang melahirkan aksi terorisme, seperti: minimnya pemahaman agama, tidak sabar dalam berdakwah.
Aksi teror yang terjadi belakangan ini adakalanya dikibarkan atas nama agama. Terma jihad dibajak untuk membenarkan aksi mereka. Tak heran jika wajah Islam remuk-redam di mata dunia. Padahal pemahaman dan praktik jihad yang dipraktikkan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat jelas-jelas bertentangan dengan aksi teror. Kebanyakan dari mereka menerima warisan kebudayaan tersebut tanpa diiringi oleh sikap kritis dan proaktif untuk mencari kebenaran yang hakiki sehingga tanpa mereka sadari mereka telah terjebak oleh nilai – nilai yang mengisolasi diri mereka sendiri terhadap berbagai objektif dari sebuah realita kebenaran.
C. SIFAT MASALAH
Masalah sosial diatas, bersifat riil dan juga laten, bersifat riil karena permasalah sosial diatas dapat ditanggulangi ataupun dicegah. Masalah sosial ini timbul karena adanya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat, seperti adanya ketidak adilan pemerintah terjadi di berbagai masyarakat baik secara sosial, politik, ekonomi, maupun budaya yang memicu faktor radikalisme dan fundamentalisme. Radikalisme dan fundamentalisme akan dipermudah oleh rendahnya pendidikan, kemiskinan, budaya, dan kehidupan sosial. Keterbelakangan pendidikan, perubahan politik, kemiskinan atau rendahnya peradaban budaya dan sosial seseorang akan memicu radikalisme dan fundamentalisme yang berujung pada kekerasan, ekstrimisme dan terorisme.
Dan merupakan bahaya laten ( bahaya tersembunyi) karena Idiologi seseorang merupakan keyakinan yang sangat prinsipil, salah satu pendapat yang didasarkan atas adanya keinginan untuk mempertahankan keyakinannya sebagai sebuah kebenaran, memegang peranan penting dari berbagai aksi yang dilakukan. dan apabila tidak ditangani dan diselesaikan dengan baik, dapat memicu rangkaian tindakan kekerasan untuk memaksakan pembenaran.
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH
Dalam menanggapi permasalahan diatas pemerintah mempunyai peranan sangat penting yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga perlakuan adil terhadap semua daerah yang berada dalam naungan Negara Repubik Indonesia.
Dengan melibatkan masyarakat melalui kepedulian masyarakat terhadap kewaspadaan keberadaan terorisme. Kemampuan aparat untuk mendeteksi, menangkal, mencegah, menangkap tokoh teroris belum optimal. Guna merumuskan konsepsi pencegahan dan penanggulangan terorisme, diperlukan analisis dari berbagai aspek tinjauan yang terkait dan saling mempengaruhi. Membendung langkah teroris di Indonesia, perlu melihat secara obyektif karakteristik daerah, potensi yang dimilki dan aspek yang mempengaruhi. Seberapa besar peranan masing-masing instansi terkait, aparat keamanan dan seluruh komponen masyarakat termasuk tingkat kewaspadaan bela lingkungan terhadap bahaya terorisme harus terukur dan teruji.
Namun untuk melawan terorisme tidak salah bila menggunakan metoda lain yaitu menggunakan soft power persuasif antara lain mengikut sertakan tokoh-tokoh agama dalam upaya menetralisir pembibitan dan peneyebaran ajaran radikalisme kepada para teroris yang telah ditahan oleh kepolisian . Dengan cara mengajak berdiskusi pada isu tataran aplikatif operasional misalnya soal membunuh, mengebom atau dengan kekerasan lain, dengan begitu para napi/tahanan itu dapat diajak untuk berpikir kritis terhadap berbagai hal.
BAB IV
KESIMPULAN
Agama sering dikaitkan dengan fenomena kekerasan terorisme. Ini jelas kontras dengan nilai-nilai agama yang mengajarkan perdamaian dan menentang kekerasan. Meskipun faktanya, ada sekelompok orang yang jelas-jelas mengatasnamakan tindakan kekerasannya dengan mengatasnamakan agama. Orang juga menyaksikan bahwa agama sering digunakan sebagai landasan ideologis dan pembenaran simbolis bagi kekerasan.
Oleh karena itu sulit menjawab pertanyaan, bagaimana agama bisa menjadi dasar suatu etika untuk mengatasi kekerasan. Padahal, agama baru menjadi konkret sejauh dihayati oleh pemeluknya. Apalagi bila diyakini, bukan agamanya yang “bermasalah”, tetapi manusia pelaku teror itu yang “bermasalah” karena menyalahgunakan pemahaman agamanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok sehingga menyulut kekerasan.
Berbagai faktor ketidak adilan akan memicu faktor radikalisme dan fundamentalisme. Radikalisme dan fundamentalisme akan dipermudah oleh rendahnya pendidikan, kemiskinan, budaya, dan kehidupan sosial. Keterbelakangan pendidikan, perubahan politik, kemiskinan atau rendahnya peradaban budaya dan sosial seseorang akan memicu radikalisme dan fundamentalisme yang berujung pada kekerasan, ekstrimisme dan terorisme.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar : 1990. Jakarta. Rajawali Pers.
2.Kompas , Selasa 23 Maret 2010



Dan ini adalah sisa postingan saya yang akan saya sembunyikan dan hanya muncul pada saat post page atau link read more.. diklik

Sabtu, 08 Mei 2010

MAKALAH AZAS-AZAS MANAJEMEN

PENTINGNYA SUATU PERENCANAAN DI DALAM MENENTUKAN MASA DEPAN SUATU PERUSAHAAN

(MAKALAH INI UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN UJIAN TENGAH SEMESTER)


BAB I
PENDAHULUAN

HAKIKAT PERENCANAAN
Perencanaan pada hakikatnya adalah pemilihan saat ini terhadap kondisi masa depan yang kita hendaki, beserta langkah-langkah yang kita perlukan untuk mewujudkan kondisi - kondisi tersebut. Perencanaan merupakan salah satu fungsi utama dalam manajemen, karena perencanaan adalah suatu proses pendefinisian tujuan - tujuan organisasi yang kemudian diartikulasikan /menyajikan dengan jelas strategi - strategi, taktik - taktik, dan operasi yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam arti lain perencanaan adalah proses membuat peta perjalanan menuju masa depan dan perencanaan tidak berhenti setelah perencanaan dihasilkan, akan tetapi merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan untuk memuktahirkan, mengubah dan mengganti peta selama perjalanan masa depan.
Menurut Newman perencanaan Planning is deciding in advance what is to be done. Sedangkan menurut A.Allen Planning is the determination of a course of action to achieve a desired result. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa ( Who ) kapan (When) dimana ( Where ) mengapa ( why ) dan bagaimana ( How ) jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

Manajemen Strategik adalah Proses Adaptasi Organisasi dengan lingkungan yang berubah untuk menyesuaikan diri dan memastikan bahwa implementasi strategi berjalan dengan baik dan lancar.
Dalam konteks organisasi perencanaan (Planning) dapat diartikan sebagai proses menetapkan tujuan dan sasaran, menentukan pilihan-pilihan tindakan yang akan dilakukan dan dikaji cara-cara terbaik untuk mencapai suatu tujuan terbaik.
Perencanaan mempunyai dua unsur yaitu:
1. Perencanaan Formal adalah proses mengunakan investigasi yang kaku untuk mencapai tujuan, memutuskan aktivitas dan secara formil mendokumentasikan ekspektasi organisasi.
2. Perencanaan Tidak Formal adalah Proses secara Intuitif memutuskan tujuan - tujuan dan aktivitas - aktivitas yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan tanpa penyelidikan yang kaku dan sistematis.

A. ASPEK – ASPEK PERENCANAAN
1. Hierarki Sasaran ( Objectives)
Di dalam setiap organisasi terdapat tingkatan - tingkatan umum, yang setiap tingkatan mempunyai sasaran yang merefleksikan tanggung jawab manajemen disetiap tingkatan.
Sasaran/Strategik ( Strategic Objectives ) merupakan target performa yang berhubungan dengan usaha-usaha jangka panjang seperti pertumbuhan, kemampulabaan dan posisi suatu perusahaan dalam industrinya
a. Sasaran Taktis ( Tactical Objectives ) merupakan target performa jangka menengah untuk mencapai hasil yang terbatas seperti penjualan tahunan, laba kuartalan dan perubahan inkremental dalam produk dan jasa.
b. Sasaran Operasional ( Operational Objectives ) merupakan target performa jangka pendek yang segera untuk aktivitas harian, mingguan, bulanan dan apabila tercapai akan memperkuat sasaran perencanaan taktis.

2. Hierarki Perencanaan.
a. Maksud dan Misi ( Purpose dan Mission ) Waktu perencanaan sepanjang umur organisasi, tidak mempunyai batasan waktu.
b. Rencana Srategik ( Strategik Plans) Waktu perencanaan sasarannya dinyatakan dalam rata - rata dan kecenderungan jangka panjang.
c. Rencana Taktis ( Tactical Plans )
Merupakan sasaran setahunkan dengan target performa yang tetap dan dapat diukur serta menggunakan anggaran performa.
d. Rencana Operasional ( Operational Plans )
Sasaran jangka pendek dan batas waktu yang sesuai untuk memenuhi Kebutuhan.

3. Manajemen berdasarkan Sasaran ( MBO = Management By Objectives )
Suatu teknik untuk melibatkan karyawan pada semua tingkatan secara bersama dalam mendefinisikan sasaran dan pengendalian hasil. Manajer dibagi atas tingkatan - tingkatan perencanaan dan tanggung jawab dengan memberikan pertalian antara strata untuk memperbaiki koordinasi.
Sasaran MBO adalah pendekatan manajemen yang positif dan terpadu dengan mencapai laba perusahaan yang meningkat, baik jangka panjang maupun jangka pendek melalui usaha manajemen kelompok yang kompeten dan mempunyai tujuan yang jelas.

B. PROSES MANAJEMEN BERDASARKAN SASARAN :
1. Menentukan Sasaran yaitu Proses pengambilan keputusan bersama karyawan didorong untuk mengambil peranan yang penting dalam menyatakan ide.
2. Menspesifikasikan Rencana Tindakanya merupakan rencana tindakan yang realitis disetujui oleh manajer dan bawahnya, dan ditulis dengan teliti untuk penelaahan berkala.
3. Penelahaan Performa merupakan suatu proses motorisasi oleh manajer secara berkala kepada bawahannya untuk menelaah kemajuan terhadap sasaran. Penelaahan dilakukan minimal sekali dalam setahun.
4. Koreksi dan Adaptasi adalah Tindakan Korektif di ambil setelah penelaahan Performa.

C. MANFAAT PROGRAM MBO ( MANAGEMENT BY OBJECTIVES ) :
1. Memungkinkan Individu mengetahui sesuatu yang diharapkan dari organisasi atau perusahaan.
2. Membantu dalam perencanaan dengan membuat manager menetapkan tujuan.
3. Memperbaiki komunikasi antara menajer dan bawahannya.
4. Proses pemisahan yang wajar dengan memusatkan perhatian pada pencapaian.

D. PROSES ADAPTASI PADA LINGKUNGAN YANG BERUBAH :
1. Pengawasan terhadap lingkungan eksternal dan Internal pada semua aspek yang perusahaan berkepentingan.
2. Identifikasi kesempatan lingkungan untuk dieksploitasi dan menghindari bahaya-bahaya.
3. Analisis kekuatan dan kelemahan yang penting dalam penemuan dan penilaian strategi-strategi.
4. Identifikasi Strategi untuk mencapai tujuan perusahaan.
5. Mengadakan suatu proses manajerial yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa semua strategi yang diimplementasikan secara tepat.

E. PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN
1. Merumuskan Misi dan Tujuan.
Usaha sistematis formal untuk menggariskan wujud utama dari perusahaan , sasaran sasaran, kebijakan kebijakan dan strategi untuk mencapai sasaran-sasaran dan wujud utama perusahaan yang bersangkutan.

2. Memahami Keadaan Saat ini.
Perencanaan menyangkut jangkauan masa depan dari keputusan-keputusan yang dibuat sekarang, untuk mengenal sistematis peluang dan ancaman dimasa mendatang. Dengan pilihan langkah-langkah yang tepat akan lebih menguntungkan perusahaan. Meliputi jangka pendek dan sampai jangka panjang.

3. Mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat tercapainya Tujuan.
Segala kemudahan dan kemungkinan hambatan dalam usaha mencapai tujuan perlu sedini mungkin diidentifikasi, agar persiapan dapat dilakukan. Disatu pihak perusahaan dapat meraih kemudahan dan manfaat optimal dengan kesempatan yang tersedia.

4. Menyusun rencana Kegiatan untuk mencapai Tujuan.
Tujuan dapat dicapai dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
a. Menyusun berbagai alternatif kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang mungkin dapat dipilih.
b. Menilai dan membandingkan untung rugi setiap alternatif kegiatan kebijakan.
c. Memilih dan menetapkan suatu alternatif yang paling cocok dan baik diantara alternatif-alternatif lain.

Perencanaan Strategik ( Strategik Planning/ Corporate Planning ) merupakan bagian terpenting dari manajemen strategik dan dapat dianggap sebagai pilar sentral manajemen strategik.

F. KELEMAHAN - KELEMAHAN PERENCANAAN STRATEGIK :
1. Perencanaan Strategik tidak dapat menjamin perusahaan akan menghasilkan strategi yang paling tepat, karena strategik tersebut ditentukan oleh manusia.
2. Keadaan lingkungan yang berubah terus.
3. Perlawanan atau resistensi Intern (prasangka-prasangka karyawan) karyawan lama biasanya sudah terbiasa dengan sistem yang mana.
4. Mahal biayanya.
5. Penyusunan Perencanaan Strategik itu sulit karena membutuhkan suatu tingkat Imaginasi yang tinggi, kemampuan analisis, kreatifitas dan keuletan.
6. Perencanaan strategik membatasi pilihan/alternatif, mengurangi inisiatif dalam suatu jajaran alternatif yang berada diluar jangkauannya.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Manajemen strategik dan Perencanaan strategik sangat penting bagi keberhasilan usaha karena kalau strategik salah kemungkinan besar perusahaan akan mengalani kesulitan meskipun perusahaan telah berusaha seefisien mungkin. Manajemen Strategik memberikan pengarahan dan batas-batas untuk kegiatan operasional.
2. Perencanaan strategik merupakan tulang punggung dari manajemen strategik karena merupakan bagian terpenting dan langkah utama dalam memyelenggarakan suatu manajemen strategik.
3. Perencanaan yang intuitif dan perencanaan jangka panjang yang formal seharusnya saling mengisi karena perencanaan yang formal dapat membantu manajer dalam mempertajam masukan-masukan intuitif – antisipatif kedalam proses perencanaan. Perencanaan formal akan lebih efektif apabila semua tingkatan manajemen mencakup timbangan/intuisi mereka didalam merencanakan.

B. SARAN
Untuk dapat mencapai tujuan masa depan suatu perusahaan maka perlu adanya perencanaan strategic dan perencanaan operasional yang pelaksanaannya dapat berjalan saling beriringan dan saling mengisi kelemahan masing-masing perencanaa.
DAFTAR PUSTAKA

1. James. A.F. Stoner, dan R. Edward Freeman, Management, Edisi Kelima, Jakarta: Intermedia, Prentice Hall.
2. Harold Koontz / Cyril O’Donnell /Heinz Weihrich, Management, Edisi Kedelapan, Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
3. Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.

AZAS - AZAS MANAJEMEN

PERAN PENTING KOORDINASI YANG EFEKTIF UNTUK MENGATASI DIFERENSIASI DAN POLA PIKIR YANG BERBEDA DALAM MENCAPAI SUATU TUJUAN ORGANISASI



BAB I
PENDAHULUAN

Pengkoordinasian merupakan fungsi terpenting dalam manajemen karena pengkoordinasian merupakan pengikat, penyeimbang dan penyelaras semua aktifits dan usaha, maka dapat disimpulkan bahwa setiap fungsi manajemen yang lain juga memerlukan suatu pengkoordinasian. Koordinasi adalah proses penyatuan tujuan-tujuan perusahaan dan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya, sebab tanpa ini setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti,
yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.
Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen.
Dengan organisasi diharapkan keharmonisan dan keselarasan seluruh kegiatan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga beban tiap bagian menjadi serasi , selaras dan seimbang.
Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan tiap satuan pelaksanaan. Koordinasi sangat dibutuhkan pada saat pekerjaan yang insidentil dan tidak rutin serta pekerjaan yang tidak direncanakan terlebih dahulu..
James D. Thomson membagi tiga saling ketergantungan diantara satuan-satuan organisasi, yaitu :
1. Ketergantungan yang menyatu ( Pooled interdependence )
Dimana tiap kegiatan departemen dan fungsional tergantung pada pelaksanaan kerja tiap satuan.
2. Ketergantungan yang berurutan ( sequential interdependence ) :
Dimana pekerjaan dari tiap departemen atau fungsional tergantung dari penyelesaian pekerjaan departemen yang lain sebelum satuan lain dapat bekerja.
3. Ketergantungan timbale balik ( reciprocal interdependence ):
Merupakan hubungan member dan menerima anrat satuan organisasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP – PRINSIP KOORDINASI
Karena adanya pembagian tugas/kerja dalam organisasi maka individu-individu atau kelompok-kelompok dalam organisasi merupakan bagian dari organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri - sendiri oleh karena itu perlu dan harus diarahkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Prinsip- prinsip koordinasi tersebut antara lain :
1. Prinsip kesatuan arah dan tujuan.
2. Prinsip kesepakatan tentang kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya.
3. Prinsip ketaatan dan loyalitas.
4. Prinsip saling tukar informasi kegiatan, hasil yang dicapai dan masalah yang dihadapi.
5. Prinsip saling menghormati, saling percaya dan saling membantu.
6. Prinsip Profesionalitas.
7. Prinsip saling dapat dipercaya.
8. Prinsip Ketepatan penggunaan alat koordinasi.
9. Prinsip Efisiensi
10. Prinsip adanya koordinator atau pemimpin yang menggerakan dan memonitor seluruh pelaksanaan kerjasama dalam organisasi dan mengerti serta mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

B. SYARAT – SYARAT KOORDINASI
Koordinasi akan dapat berjalan dengan baik bila mampu memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Lakukan hubungan langsung
2. Lakukan sejak awal perencanaan berdirinya organisasi atau awal perencanaan.
3. Lakukan terus menerus.
4. Sesuaikan dengan perkembangan atau perubahan yang terjadi.
5. Tentukan tujuan yang jelas dan jelaskan tujuan tersebut.
6. Buatlah stuktur organisasi yang sederhana
7. Rumuskan tugas, wewenang dan tanggung jawab dan criteria keberhasilan yang jelas pada setiap individu dan bagian organisasi.
8. Ciptakan system komunikasi dan informasi yang efektif dalam organisasi.
9. Lakukan control yang efektif.
10. Penempatan pimpinan yang efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi.

C. MASALAH-MASALAH DALAM PENCAPAIAN KOORDINASI YANG EFEKTIF.
Masalah-masalah ini terjadi karena adanya pembagian tugas, maka timbullah perbedaan dalam kegiatan pekerjaan. Perbedaan kegiatan tersebut dapat berpengaruh terhadap organisasi sehingga dapat menimbulkan masalah koordinasi.
Perbedaan sikap dan perilaku individu - individu menimbulkan masalah koordinasi, antara lain :
1. Adanya perbedaan dalam orientasi terhadap sasaran/ tujuan tertentu.
2. Adanya perbedaan dalam orientasi waktu.
3. Adanya perbedaan dalam orientasi antar pribadi
4. Adanya perbedaan dalam formalitas struktur organisasi
5. Adanya perbedaan jarak geografis.
6. Adanya perbedaan antar manusia karena faktor social, budaya, pandangan hidup serta latar belakang pendidikan.
7. Adanya perbedaan dalam ambisi.

D. PEDOMAN KOORDINASI :
1. Koordinasi harus terpusat merupakan pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian.
2. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi.
3. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.
4. Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan wujud saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

E. KEBAIKAN DAN HABATAN KOORDINASI YANG EFEKTIF
Kebaikan :
1. Beban tiap bagian tidak terlalu berat, karena adanya keseimbangan antar bagian.
2. Tiap bagian akan memperoleh infor-masi yang jelas dalam partisipasi pencapaian tujuan dan tahu peranan-nya masing-masing sehingga dapat memberikan saran dan komentar ter-hadap kemungkinan ketidak serasian antar bagian.
3. Skedul kerja saling terkait sehingga menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.
Kelemahan :
1. Perbedaan tiap bagian dalam orientasi pencapaian tujuan.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu
3. Perbedaan orientasi antar pribadi
4. Perbedaan dalam formalitas struktur

F. PENDEKATAN UNTUK MENCAPAI KOORDINASI YANG EFEKTIF
Menggunakan pendekatan teknik-teknik dasar manajemen yang berupa hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai dasar bertindak.
1. Teknik-Teknik Dasar Manajemen
a. Hirarki manajemen terdiri atas rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formar, hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas sehingga menimbulkan integritas bila diformulasikan dengan jelas serta dilaksanakan dengan arahan yang tepat.
b. Aturan dan prosedur, merupakan keputusan-keputusan yang dibuat untuk mengatur kejadian-kejadian rutin.
c. Penerapan rencana dan penetapan tujuan dilakukan untuk mengkoordinasikan melalui pengarahan dalam mencapai sasaran yang sama untuk tiap satuan organisasi
2. Meningkatkan koordinasi potensial bila tiap bagian saling tergantung satu dengan lainnya serta lebih luas dalam ukuran dan fungsi. Koordinasi ini dapat ditingkatkan dengan melalui dua cara, yaitu :
a. Investasi dalam sistem informasi vertikal, penyaluran data-data melalui tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi ini bisa di dalam atau di luar lantai perintah.
b. Menciptalkan hubungan lateral (horizontal), dengan membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat dimana informasi diperlukan.
Ada beberapa hubungan lateral :
- Hubungan langsung
- Hubungan kelompok langsung
- Hubungan silang
3. Mengurangi kebutuhan akan koordinasi, ada dua metode pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu :
a. Penciptaan sumberdaya tambahan yang memberikan kelonggaran bagi satuan kerja, misalnya penambahan tenaga kerja, bahan dasar dan pembantu, modal, pengurangan tugas dan masalah-masalah yang timbul sekarang.
b. Penciptaan tugas – tugas yang dapat berdiri sendiri, dengan cara mengubah karakter satuan organisasi.

BAB III
KESIMPULAN


1. Koordinasi diperlukan agar segala kegiatan sinkron terpadu tertuju pada pencapaian tujuan bersama.
2. Koordinasi didapat dengan menyederhanakan organisasi, strategi-kebijaksanaan-program yang harmonis, metode komunikasi yang baik, koordinasi sukarela dan supervisi.
3. Koordinasi dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal di dalam organisasi yang formal dan yang informal.
4. Pertimbangan kunci dalam memilih pendekatan yang terbaik terhadap koordinasi adalah dengan mencocokan kemampuan koordinasi organisasi dengan kebutuhannya akan koordinasi.
5. Komunikasi dan motivasi merupakan faktor penentu kepemimpinan didalam koordinasi . Mereka yang menjalankan komunikasi dan motivasi yang baik terjamin akan menjadi pemimpin yang baik pula.
6. Koordinasi, integrasi dari tugas-tugas individual dan departemental, dibutuhkan untuk mengatasi diferensasi, pola pikir yang berbeda yang cenderung dikembangkan oleh masing-masing bagian. Pertimbangan pokok adalah mencocokan kemampuan koordinasi organisasi dengan kebutuhannya akan koordinasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. James. A.F. Stoner, dan R. Edward Freeman, Management, Edisi Kelima, Jakarta: Intermedia, Prentice Hall.
2. Harold Koontz / Cyril O’Donnell /Heinz Weihrich, Management, Edisi Kedelapan, Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
3. Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.

MAKALAH AGAMA ISLAM

KONSEP PERKAWINAN UNTUK MEMINIMALKAN
KONFLIK RUMAH TANGGA






DISUSUN OLEH
NAMA : RINI DARUSANTI
NPM : 0914000101
PROGRAM STUDI : MSDM
MATA KULIAH : AGAMA ISLAM
DOSEN : DRS H. CHOMSAH HARIS, M.Ag
TUIGAS YANG KE : 2

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA JAKARTA
2009


KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الََّرحْمَنِ الَّرحِيْمِ
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang senantiasa melimpahkan rahmat serta taufik-Nya. Salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pada kesempatan ini penulis akan membuat suatu makalah yang berjudul “ KONSEP PERKAWINAN UNTUK MEMINIMALKAN KONFLIK RUMAH TANGGA ”. Adapun pembuatan makalah kecil ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian tengah semester (UTS) pada STIA LAN TAHUN 2009.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik ilmu pengetahuan maupun ketentuan-ketentuan dalam pembuatannya, juga keterbatasan buku-buku yang penulis miliki. Semua ini masih jauh dari sempurna dan kebenarannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan tanggapan, kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
TERIMA KASIH
Jakarta, Juni 2009
Penulis:


DAFTAR ISI
Hlm.
KATA PENGANTAR ……………………………………………….... . i
DAFTAR ISI …..……………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …..………………………..…………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Faktor - Faktor Penyebab Keruntuhan Rumah Tangga …. 2
2. Konsep Meminimalkan Konflik Rumah Tangga……………. 3
3. Petunjuk Dalam Membina Rumah Tangga………………… 4
4. Peran Suami dan Istri dalam Rumah Tangga ……….…….. 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .………………………..………………………… 8



BAB I
PENDAHULUAN

Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih kepada ada keterampilan untuk manajemen konflik.
Kehidupan rumah tangga adalah dalam konteks menegakkan syariat Islam, menuju ridho Allah Swt. Suami dan istri harus saling melengkapi dan bekerja sama dalam membangun rumah tangga yang harmonis menuju derajat takwa. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. at-Taubah [9]: 71).
Menurut pendapat Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah, sedikit sekali rumah tangga yang selamat dari lilitan perselisihan di antara anggotanya khususnya di antara suami istri. Karena yang namanya berumah tangga membangun hidup berkeluarga dalam perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar, sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang muncul ini dapat memicu perselisihan dalam rumah tangga yang bisa jadi berujung dengan pertengkaran kemarahan dan keributan yang tiada bertepi atau berakhir, dengan damai saling mengerti dan saling memaafkan.


BAB II
PEMBAHASAN

I. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUNTUHAN RUMAH TANGGA.

Bagaimana dengan kehidupan rumah tangga yang diharapkan dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakankan. Walaupun kita merencanakan dan mencoba sebaik mungkin untuk mewujudkan sebuah rumah tangga yang bahagia, namun kadangkala pertengkaran didalam rumah tangga itu tidak dapat dielakkan. Dan adakalanya sehingga membawa kepada perpisahan yang amat menyakitkan.

Islam merupakan agama yang syumul. Jadi Islam telah menggariskan jalan penyelesaian dan mestilah diselesaikan dengan jalan terbaik.
Sebelum itu,mari kita lihat dulu faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan rumah tangga . Diantara sebab utamanya ialah:
1. Tiada persefahaman dan pendidikan agama yang mendalam. Jadi masing-masing tidak mengerti dan sekaligus mengabaikan tanggungjawab mereka.
2. Tidak intropeksi diri bila terjadi perselisihan atau pertengkaran. Ingat, intropeksi diri merupakan suatu perkara yang amat penting dalam memastikan kebahagiaan dalam rumah tangga.
3. Perkawinan karena terpaksa tanpa mendapat kerelaan daripada kedua-dua belah pihak.
4. Perkawinan atas dasar cinta atau nafsu semata-mata tanpa menilai kepentingan agama. Tapi inilah yang berlaku dalam masyarakat sekarang. Perkawinan atas dasar cinta. Bila sudah hilang cinta, Saya tidak menafsirkan bahwa cinta memang menjadi aspek utama terbinanya sesuatu hubungan.

II. KONSEP MEMINIMALKAN KONFLIK RUMAH TANGGA.

1. Siap Dengan Hal Yang Tidak Kita Duga.
Pada dasar kita selalu siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Mudah bagi kita bila yang terjadi cocok dengan harapan kita. Namun bagaimanapun tiap orang itu berbeda-beda. Tidak semua harus sama “gelombangnya” dengan kita. Maka yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tidak merusak. Dalam rumah tangga bisa jadi pasangan kita teryata tidak seideal yang kita impikan. Maka kita harus siap melihat ternyata dia tidak rapi tidak secantik yang dibayangkan atau tidak segesit yang kita harapkan. misalnya. Kita harus berlapang dada sekali andai ternyata apa yang kita idamkan tidak ada pada dirinya. Juga sebalik apabila yang luar biasa kita benci. Ternyata isteri atau suami kita memiliki sikap tersebut.

2. Memperbanyak Pesan Aku
Tindak lanjut dan kesiapan kita menghadapi perbedaan yang ada adalah memeperbanyak pesan aku. Sebab umum makin orang lain mengetahui kita makin siap dia menghadapi kita.
Maka di sinilah perlu kita belajar memberitahukan. Memberitahukan apa yang kita inginkan. Inilah esensi dari pesan aku. Dengan demikian ini akan membuat peluang konflik tidak membesar. Karena kita telah mengkondisikan agar orang memahami kita. Sungguh tidak usah malu menyatakan harapan ataupun keberatan-keberatan kita. Sebab justru dengan keterbukaan seperti ini pasangan hidup kita dapat lebih mudah dalam menerima diri kita. Termasuk dalam hal keberadaan orang lain. Misal orang tua kita akan datang. Maka adalah suatu tindakan bijaksana apabila kita mengatakan kepada suami tentang mereka.

3. Membuat Peraturan dalam Rumah Tangga
Kita harus memiliki aturan-aturan yang disepakati bersama. Karena kalau tidak tahu aturan bagaimana orang bisa menurut? Bagaimana kita bisa selaras? Jadi kita harus membuat aturan sekaligus disosialisasikan! Begitu pula pada anak-anak. Kita harus mensosialisasikan peraturan ini. Tidak usah kaku. Buat saja apa yang bisa dilaksanakan oleh semua. Makin orang tahu peraturan maka peluang berbuat salah makin minimal.


III. PETUNJUK DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA.

Untuk menolong kita didalam usaha-usaha membina rumah tangga dengan Islami, Islam telah memberikan petunjuk kepada kita. Diantaranya adalah:
1. Pernikahan kita haruslah karena Allah. Yaitu bertujuan untuk membina sebuah rumah tangga dengan Islami melahirkan keturunan dengan soleh membina keluarga dengan sanggup memikul amanah dan dapat melaksanakan kewujudan hidayah Allah sehingga hidayah tersebut akan terus berlanjutan.

2. Pernikahan ditujukan untuk menjaga pandangan & kehormatan kita sehingga kita betul-betul bertakwa kepada Allah. Rasulullah SAW telah bersabda: "Allah berhak menolong tiga golongan orang dengan berjihad di jalan Allah, hamba mukatab dengan ingin membayar harga tebusannya, dan orang dengan menikah dengan tujuan untuk dapat memelihara kehormatan dirinya." (HR Tirmidhi, Ibn Hibban, dan Al-Hakim).
Sabda Rasulullah SAW dengan lain: "Barang siapa dengan menikah berarti dia telah menyempurnakan sebahagian agamanya, maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dengan merupakan sebahagian lainnya lagi." (HR al-Baihaqi)

3. Kita haruslah bijak dalam memilih pasangan hidup yang akan menjadi teman hidup kita dengan diharapkan dapat seiring dan sejalan. Ini memerlukan usaha dengan sungguh-sungguh. Rasulullah SAW telah bersabda: "Pilihlah (dengan terbaik) untuk keturunanmu karena (kegagalan dari) satu generasi akan menuju kepada krisis." (HR Ibnu Majah dan Abu Mansur).

4. Kita hendaklah memilih pasangan hidup dengan memiliki akhlak dengan baik dan berpegang teguh kepada agama, jadi kekayaan dan wajah bukanlah ukuran utama.
Sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya; boleh jadi kecantikannya itu akan membuat mereka hina. Janganlah kamu menikahi wanita karena hartanya; boleh jadi hartanya itu akan membuat mereka zalim. Tapi nikahilah mereka karena agamanya. Wanita hamba sahaya dengan tuli namun beragama adalah lebih baik." (HR Ibnu Majah)

5. Kita harus menjauhkan diri dari melanggar perintah Allah dan menjauhi kemurkaan Allah serta azabnya. Seperti dengan disabdakan oleh Rasulullah s.a.w: "Siapa dengan menikahi wanita karena ketinggian kedudukannya, pernikahan itu tidak akan membawa sesuatu kepadanya kecuali kehinaan. Barangsiapa menikahi wanita karena hartanya maka itu tidak akan menambah sesuatu kepadanya kecuali kemiskinan. Barangsiapa dengan menikahi wanita karena keturunannya, perkawinan itu tidak akan menambah sesuatu kepadanya kecuali hina dina. Dan barang siapa dengan menikahi wanita dengan tujuan agar dapat menahan pandangannya, memelihara kehormatannya atau menghubungkan silaturahim, Allah akan memberikan berkah kepadanya bersama wanita itu dan memberikan berkah kepada wanita itu bersamanya." (HR Abu Nuaim)

IV. PERAN SUAMI DAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

Pemilihan isteri dengan baik tidaklah melepaskan kita dari tanggungjawab terhadapnya setelah kita bernikah. Malahan, tanggung jawab dengan utama dimulai "right at the first moment" setelah pernikahan. Beberapa tanggung jawab itu diantaranya:

1. Kita harus selalu bersikap baik terhadap isteri dan bergaul degannya dengann pergaulan dengan mesra. Dengann cara ini diharapkan akan tumbuh rasa saling percaya di antara kita dan pasangan hidup kita. Sabda Rasulullah SAW "Orang dengan terbaik diantara kalian adalah orang dengan paling berlaku baik terhadap isterinya dan akulah dengan terbaik (diantara kalian) terhadap keluargaku." (HR Tirmidzi)
Kita juga harus melaksanakan sabda Rasulullah SAW: "Mukmin dengan paling sempurna imannya adalah mukmin dengan paling baik akhlaknya dan mukmin dengan paling lemah lembut terhadap isterinya." (HR Tirmidzi)

2. Hubungan kita dengan isteri tidaklah terbatas pada hubungan syahwat saja. Hubungan kita dengann isteri seharusnya boleh mewujudkan kesamaan pemahaman. Pasangan Muslim seharusnya spend time untuk bersama-sama membaca, beribadah, mengurusi pekerjaan rumah tangga, dan bercengkrama (bersenda gurau). Dalam masalah ibadah Allah telah berfirman dengan bermaksud "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan solat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah dengan memberi rezki kepadamu. Dan akibat dengan baik itu adalah orang-orang dengan bertidakwa." (QS 20:132)
"Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang dengan diredhai di sisi Tuhannya." (QS19:55) Dalam hal hubungan dengan mesra dengann isteri, kita tahu bahwa Rasulullah s.a.w. biasa mengajak isteri beliau, Aisha r.a, untuk berlumba lari Rasulullah s.a.w pun biasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah (membantu meringankan isteri beliau), bahkan dengann menjahit sepatu.

3. Hubungan kita dengan isteri haruslah dalam batas syariah Islam. Kita tidak boleh melanggar syariah Islam, menjatuhkan nama Islam, atau melanggar hal-hal dengan diharamkan oleh Allah. Sabda Rasulullah s.a.w."Celakalah lelaki dengan menjadi hamba istrinya." (Al-Firdausi) “Sesungguhnya, keberhasilan dalam memilih pasangan dengan soleh/solehah dan keberhasilan dalam pernikahan sesuai dengann Islam akan banyak menolong dalam usaha-usaha mendidik anak dengann tarbiyah Islamiyah dengan diharapkan.

Kegagalan dalam membina rumah tangga menurut cara dengan Islami dan kesalahan memilih pasangan hidup boleh menyebabkan keruntuhan dan berlakunya keburukan dengan menguasai keluarga secara keseluruhan.
Pertengkaran dengan terjadi dalam kehidupan suami isteri secara langsung mempengaruhi pendidikan dan kejiwaan anak. Karena itu, tanggung jawab kita dengan pertama dalam pendidikan anak-anak kita adalah membangunkan pernikahan dengan Islami (seperti dengan ditunjukkan oleh Islam).


BAB III
KESIMPULAN


Sejalan dengan itu dibutuhkan relasi yang jelas antara suami dan istri, dan tidak bisa disama-ratakan tugas dan wewenangnya. Suami berhak menuntut hak-haknya, seperti dilayani istri dengan baik. Sebaliknya, suami memiliki kewajiban untuk mendidik istri dan anak-anaknya, memberikan nafkah yang layak dan memperlakukan mereka dengan cara yang makruf.
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menghalangi mereka kawin dan menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 19).
Sampai kapanpun rumah tangga orang-orang yang memiliki keutamaan dalam agama ini juga tidak lepas dari masalah perselisihan pertengkaran dan kemarahan. Namun berbeda dengan orang-orang yang tidak mengerti agama orang yang memiliki keutamaan dalam agama tidak membiarkan setan menyetir hingga menjerumuskannya kepada apa yang disenangi oleh setan. Bahkan mereka berlindung kepada Allah dari godaan setan berusaha memperbaiki perkara mereka menyatukan kembali kebersamaan mereka dan menyelesaikan perselisihan di antara mereka.
Pada hakikatnya hasil dengan diharapkan dari terbinanya sebuah rumah tangga Islam adalah terwujudnya satu generasi dengan soleh, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah : "Dan orang-orang dengan berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang dengan bertidakwa." (QS 25:74)
Anak-anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak berdosa). Bila anak kita mendapatkan tarbiyah dengan baik dia akan menjadi anak dengan soleh. Namun bila anak dibesarkan di tengah-tengah ibu bapa dengan sering bertengkar atau ibu bapa dengan keluar dari landasan Islam, anak itu akan demikian juga. Rasulullah SAW telah bersabda: "Anak-anak itu lahir dalam keadaan fitrah, adalah ibu bapaknya dengan menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari dan Muslim).