Minggu, 05 Mei 2013

Lembah Kemuning

Part 1.
Pertemuanku dengan Agra memang telah direncanakan, setelah beberapa kali aku meneleponnya dan sepakat untuk bertemu. Agra adalah seseorang yang pernah singgah dihatiku, yang pernah mengisi hari-hariku dengan cerita-cerita indah dan juga sedih. Sejenak anganku melayang kemasa itu. Dimana awal kisah cintaku dengan seorang pria. Dimataku dia seorang yang supel, baik, dan inovatif. Agra, begitu banyak orang menanggil namanya. Agra bagiku bagai sosok atau figur seorang kakak, sahabat dan pacar, begitu komplit seperti apa yang aku inginkan. Dia memarahiku jika aku berbuat bodoh, menasehatiku dan memberi solusi disaat diriku sedang ada masalah dan menyayangiku serta menghiburku disaat diri ini sedih. Lima tahun dia mengisi hari-hariku, begitu banyak air mata ini kutumpahkan untuknya dan begitu banyak juga gelak tawa ini aku nyanyikan untuknya. Masa yang paling indah yang tak dapat aku lupakan hingga saat ini. Tak terasa sudah 12 tahun waktu berjalan, dan telah memisahkan aku dengan dirinya. Selama ini dia hanya muncul menghiasi tidurku, hingga membuat aku terisak saat terbangun.

Rida....Rida.... seseorang menyentuh jari tanganku dan telah membuyarkan lamunanku. Kamu kenapa? Malah bengong ...tanya Agra. Aku hanya tersenyum.... teringat masa itu, masa yang paling mengesankan yang tak ingin aku buang dalam cerita hidupku. Kita saling berjabat tangan dengan menanyakan kabar. Kamu terlihat kurus, kamu sakit....? tanyaku. Agra dulu pria yang tinggi, gagah, dan badannya atletis. Tapi kini yang ada di hadapanku pria kurus yang seperti tak terurus, sedih aku melihatnya. Lalu kita berdua melangkah mencari tempat untuk makan dan mengobrol. Aku dan Agra saling cerita perjalanan yang kita lalui selama terpisah. Agra sudah menikah dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki. Istrinya seorang wanita karier yang sukses. Sedangkan Agra bekerja sebagai designer properti sesuai dengan hobbynya, dia pandai melukis. Kehidupanya telah mapan dan sukses.

Dan akupun menceritakan keluargaku, suamiku seorang dokter dan aku saat ini usaha butik kecil-kecilan dan seorang ibu rumah tangga yang telah dikaruniai dua bidadari cantik. Rida... kamu bahagia selama ini, tanya Agra. Aku mengangguk mengiyakan. Aku bahagia Agra, bagaimana dengan kehidupanmu....? Balik aku bertanya ke dirinya. Agra hanya diam tidak menjawab. Aku berharap kamu juga bahagia dengan keluargamu....jawabku sambil tersenyum. Kamu masih punya hutang sama aku... ingat tidak? tanyaku. Apa itu....jawab Agra. Kamu berjanji akan membuat lukisan wajahku. Hingga saat ini belum kamu tepati.....pasti kamu lupa. Kamu pasti sibuk dengan pekerjaanmu dan juga keluargamu. Kamu sibuk dengan proyek-proyek besarmu, kamu sibuk rapat dengan rekanan dan kamu sibuk dengan apalah segala bentuk kesibukanmu...., tambahku panjang lebar. Agra hanya tersenyum mendengarkan ocehanku. Itulah Agra hanya bersenyum dan memicingkan matanya di saat aku bicara. Aku kangen dengan ocehanmu....kata Agra. Sudah sekian lama aku tidak mendengar suara ocehanmu yang tak bermutu itu....tambahnya. Aku terdiam, aku marah, ternyata ocehanku yang begitu panjang lebar dianggap tak bermutu. Tapi jangan dia bilang namanya Agra kalau tidak bisa meluluhkan hatiku disaat marah. Dia hanya menyentuh kepalaku dan mengusap-usapnya, rontok sudah semua amarah dihatiku.

Aku tidak lupa, dan takkan pernah lupa sayang, jawabnya singkat. Cuma waktu yang belum mengijinkan lukisan itu sampai ditanganmu. Tunggu saatnya pasti datang....(itu keyakinan yang ada dalam hatiku) Tuhan pasti pertemukan kita..... jawab Agra sambil tersenyum menyakinkanku. Kamu tidak berubah ya... masih bawel dan ingin tahu apa yang ada hubungannya denganku....tambah Agra. Jujur, dari mana kamu tahu nomor Hpku.....tanya Agra. Aku hanya tersipu.....tak menjawab. Oke...kalau kamu tidak mau menjawab kata Agra, Aku tidak akan memerkosamu......jawabnya dengan ringan. Agra.... bentakku sambil bersungut-sungut. Kamu apa apaan sih.... bicaramu ngelantur. Kamu selalu begitu, ngomongnya asal aja....tidak mikirin orang sakit hati tambahku kesal. Agra hanya tersenyum... hehehehe maaf salah ngomong, disengaja, tambah gemes liat kamu cemberut.....godanya.

Rida.....kenapa kamu meninggalkanku, tanya Agra tiba-tiba. Aku tak bisa menjawab. Hanya kata maaf yang keluar dari mulutku. Maafkan aku Agra.....Aku telah dijodohkan oleh orang tuaku, dan mereka tidak setuju dengan hubungan kita.....Maafkan aku. Jawabku tertunduk. Kenapa kamu mencari-cari diriku, apa kamu tidak bahagia....dengan suamimu? tanya Agra. Ceritakan Rida.....Bagaimana suamimu, keluargamu dan hidupmu selama ini, tambah Agra. Sejak kita ketahuan menjalin hubungan dan orang tuaku tidak setuju, aku dan orang tuanya dipindah ke Bandung. Disana aku diperkenalkan dengan anak sahabat ayahku....Dia seorang dokter, dia seorang pria mapan dan pendiam, usianya 3 tahun lebih tua dari usiaku. Hari-harinya hanya diisi dengan baca buku dan pasien....tapi aku salut dengan dia. Dia begitu sabar menantiku hingga aku menerima dirinya disampingku. Namanya dr. Pramudya, Dia seorang dokter yang ramah.... banyak pasien yang cocok dengan dirinya, itu yang membuat aku luluh dan bangga. Pernikahanku sudah 8 tahun berjalan. Kami dikaruniai dua bidadari yang cantik-cantik Alexa Putri Pramudya (7 tahun) dan Adara Putri Pramudya (4 Tahun). Kehidupanku bahagia bersamanya....aku mengakhiri ceritaku.

Bagaimana dengan kehidupanmu Agra, tanyaku. Tolong ceritaan kepadaku......Aku berharap kamu juga bahagia bersama keluargamu. Agra menghela nafas panjang sebelum bercerita. Setelah kamu pergi hidupku seakan menjadi gelap..... semua jalan buntu, begitu juga pikiranku. Selama setahun hidupku tidak jelas hanya kesana kemari tak pernah ada tujuan. Hingga papaku meningalkan dunia ini. Aku mulai tersadar atas kejadian ini.... mamaku sering menangis melihat kelakuanku. Kasihan dan iba aku melihat mama. Mama mengingikan aku melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Aku menyetujuhinya....aku kuliah dan mengambil jurusan Tehnik Sipil. Lima tahun berjalan tak terasa. Aku telah lulus dengan menyandang gelar Insinyur. Mamaku bangga denganku.. Disaat wisuda aku bertemu dengan Istriku, dia adik kelasku yang dua semester lagi telah selesai. Dia wanita yang energik dan pandai.....namanya Mitha.

Aku menjalani hubungan dengannya selama 5 bulan dan pada akhirnya aku meminangnya. Mamaku terlihat bahagia......dengan pernikahanku, sempurna kebahagiaan mama setelah kelahiran putraku yang bernama Bayu Agra Abiyasa... setelah Bayu berumur satu tahun Mitha bekerja di salah satu perusahan ternama. Kariernya bagus di perusahaan tersebut, hingga waktu pertemuanku dengan dia semakin pendek begitu pula dengan Bayu. Bayu diasuh sama mama. Mama begitu menyayanginya. Mitha sering lembur dan pulang larut malam. Kadang mesti keluar kota meninggalkan aku dan Bayu. Mitha begitu bahagia menikmati kariernya hingga aku tak sanggup untuk menghentikannya. Aku mengalah demi keutuhan keluargaku... Aku keluar dari perusahaan yang mengikat jam kerjaku. Aku putuskan untuk menjadi konsultan dan Designer freeland. Puji syukur masih banyak orang yang mencariku dan memakai jasaku untuk konsultasi juga mendesign rumah maupun perkantoran. Aku kerjakan semua itu di rumah. Aku buat kantor di ruangan rumahku sehingga aku dapat bekerja sambil mengawasi Bayu dan mama. Kini Bayu sudah berumur 3 tahun. Bayu anak yang cerdas dan lucu, dia malaikatku yang mengisi hidupku dan hidup mama. Begitulah kisahku Rida..... Agra mengakhiri ceritanya. Kamu pasti juga bahagiakan, kataku sambil menggoda. Agra hanya tersenyum hambar.....

Oh....ya kamu belum jawab pertanyaanku, darimana kamu dapat nomor Hpku, tanya Agra penasaran..... Pras jawabku singkat. Kamu ingat Pras....Prasetyo. Prasetyo adalah sahabat Agra waktu duduk di bangku SLTA. Sebulan yang lalu aku bertemu dengan dia tanpa sengaja, saat itu dirumah sakit dia sedang nunggu anaknya yang diopname, kebetulan suamiku yang menanganinya. Waktu itu aku menemui suamiku. Kebetulan saat itu aku dan suamiku ada acara menghadiri pernikahan sepupuku, karena dia ada pasien jadi aku yang jemput dia. Saat itu aku ketemu dengan Pras. Aku dan Pras saling tukar cerita, hingga akhirnya aku menanyakan keadaanmu, dan Pras menceritakan dirimu. Pada akhirnya dia memberi nomor Hpmu. Sudah lama aku ingin menghubungimu, tapi aku takut. Kuhimpun keberanianku untuk meneleponmu, jujur aku takut kamu lupa sama aku. Agra memandangiku dan terus memandangiku, seakan dia mencari sesuatu dalam diriku. Aku terus menikmati makanan yang ada didepanku dan pura-pura tidak melihatnya. Kamu banyak berubah Rida....kata Arga. Kamu dulu gadis tomboi yang aku kenal, tapi kini seorang wanita dewasa yang keibuan...tambahnya. Waktu yang merubahku....jawabku singkat. Agra makanlah... jangan pandangi aku terus nanti kamu jatuh cinta lagi sama aku...gurauku. Agra hanya tersenyum... Tidak bolehkah aku jatuh cinta lagi sama kamu Rida...? Agra balik bertanya. Aku hanya menggelengkan kepala. Kenapa....? tanya Agra. Agra kita sudah punya keluarga, kita hanya bisa menjalin tali persaudaraan bukan yang lain. Itu kalau kamu mau... Jelasku. Agra hanya tersenyum memandangiku. Tanpa terasa waktu berjalan dan memisahkan pertemuanku dengan Agra. Rida...,kamu kasih kabar ke aku ya...katanya sambil memelukku. Aku mengangguk, kamu juga ya...tambahku. Kita berdua menuju ke parkiran, aku antar kamu pulang, tidak apa-apakan...kata Agra. Antar aku ke butikku saja, nanti suamiku jemput aku di butik...jelasku. Dalam perjalanan pulang Agra terdiam tak banyak bicara. Sesekali memandangiku sambil terus menggenggam tanganku. Rasa rindu berbaur menyatu di hatiku, bahagia...hanya itu yang ku rasakan. Aku tak tahu yang ada dibenak Agra, apa yang dirasakannya. Makasih ya... mau temui aku, kataku memecah kebisuan. Aku berharap Agra berbicara. Sama-sama...jawabnya singkat.

Tiga bulan telah berlalu, hingga saat ini tidak pernah kuterima kabar dari Agra. Entah kemana Agra menghilang. Aku coba menghubungi HPnya tapi sia-sia. Aku mencoba menghubungi Prasetyo. Prasetyo juga tidak tahu kabar keberadaannya. Agra sudah pindah rumah. Rumah yang dia tempati kini kosong. Aku minta tolong Prasetyo untuk mencari kabar berita Agra. Apa yang telah terjadi dengan Agra ya Tuhan...lindungi dia dan sayangi dia Tuhan, doaku panjatkan untuk Agra. Seiring waktu berjalan genap setahun, akhirnya kudapatkan juga kabar beritanya. Agra sakit, kabar terakhir yang kuterima. Aku mendapatkan alamat rumah baru yang Agra tempati, Jl. Lembah kemuning 8 No. 24 Bintaro – Tangerang. Ternyata Agra tinggal tidak jauh dari tempat tinggalku. Aku tinggal di Bintaro sektor IX Jl. Angsana II No. 4 Bintaro. Pagi itu aku coba mencari alamat rumah Agra, dan akhirnya kutemukan juga rumah Agra. Rumah asri yang banyak di tanami pohon kemuning yang sedang berbunga. Wangi bunga kemuning begitu harum apalagi setelah disiram hujan semalam. Makin tambah asri dan sejuk rumah itu. Aku pencet bel pagar dengan harapan si penghuni keluar. Ternyata harapanku benar, seorang wanita baya sekitar 65 tahun keluar dari rumah dan menghampiriku. Maaf, ibu mencari siapa...? tanya wanita itu. Maaf bu, benar ini tempat tinggal bapak Agra...tanyaku ke wanita itu. Benar bu....jawab wanita itu. Saya temannya bapak Agra, kabarnya beliau sedang sakit, saya ingin menjenguknya...tambahku. Wanita itu terdiam dan berpikir sejenak. Hingga akhirnya wanita itu membukakan pintu pagar untukku. Bagaimana keadaan bapak Agra bu... tanyaku. Nanti ibu bisa lihat sendiri keadaan pak Agra...tambah wanita itu. Wanita itu mempersilakan aku masuk ke dalam rumah. Rumah yang apik dan tertata rapi, Agra memang designer yang handal pikirku, penataan rumahnya beda dengan rumah kebanyakan. Disaat aku menikmati suasana dalam rumah tiba-tiba suara wanita itu memanggilku. Ibu dipersilahkan kedalam, Pak Agra sedang menunggu itu didekat kolam... kata wanita itu. Akupun bergegas menemui Agra, rasa penasaran, marah, bingung berbaur jadi satu. Sudah tersusun kata-kata amarah yang akan kulembarkan ke Agra. Dia telah membohongiku, aku sangat kecewa dengannya. 

 Deg... Jantungku seakan berhenti berdetak. Siapa pria yang ada dipingir kolam ikan itu...tanyaku dalam hati. Langkahku terhenti, pria itu duduk diatas kursi roda dan memandangi ikan-ikan yang berenang. Apakah itu Agra atau bukan... pikirku penasaran. Karena posisi pria itu membelakangiku. Agra... tiba-tiba suaraku keluar lirih dari mulutku, hingga aku sendiri tak mendengarnya. Pria itu menoleh ke arahku. Kali ini luruh lunglai, mataku mulai gelap. Tak sanggup lagi kali ini melangkah menghampirinya, dia benar-benar Agra yang aku kenal, Agra yang pernah di hati ini. Rida... sapa Agra. Suara Agra menyadarkanku. Ku susun sekuat tenaga kaki ini melangkah menghampirinya. Tanpa terasa air mata ini mengalir ke pipiku... sedih, sungguh menyedihkan keadaan Agra. Kucoba terus melangkahkan kakiku hingga sampai didepan Agra. Aku terdiam, mulut ini kelu, tak sanggup untuk berbicara, hanya air mata yang bisa berbicara mewakili hatiku. Maafkan aku Rida, tak mengabarimu... kata Agra memecahkan tangisku. Pasti kamu lama menunggu kabar dariku... kata Agra lirih. Maafkan aku... tambah Agra. Tak kuasa hati ini menahannya, tangisku meledak memecahkan kesunyian pagi. Kupeluk tubuh Agra yang sangat kurus, ku tumpahkan tangisanku dalam pelukannya. Kamu jahat Agra... kamu jahat... kataku terbata-bata. Semakin erat Agra memeluk tubuhku sambil mengucapkan kata, Maaf... rasa kangen, kesal, berbaur menyatu dalam pelukan Agra. Kunikmati pelukannya seakan tak ingin berpisah lagi dengannya. Tuhan jangan pisahkan aku lagi dengan Agra... terucap doaku untuk Agra. Rida... aku tidak bisa nafas, bisik Agra. Rupanya pelukanku terlalu kuat untuk tubuh Agra saat ini. Perlahan kulepaskan pelukanku. Sekali lagi maaf... kata Agra tersenyum. Senyuman yang tak berubah... aku tersipu malu, maaf ya... kalau menyakitimu, kataku. Kudorong kursi roda itu ke sebuah taman dalam pekarangan rumah. Ternyata banyak pohon kemuning yang ditanam dipekarangan ini. Sampai di bangku taman aku duduk di hadapan Agra. Kupandangi wajahnya yang pucat. Kamu tambah putih dan ganteng, kataku coba memujinya, ternyata dia tersipu juga. Bagaimana kabarmu saat ini, kemana saja kamu, sakit apa kamu, kenapa kamu tidak kasih kabar aku setahun ini...? tanyaku. Agra tersenyum, kamu tak berubah, kamu tetap bawel. Bagaimana suamimu menghadapi ocehanmu setiap hari, pasti suamimu orang sabar... tambah Agra. Mana yang harus aku jawab dulu...sayang kata Agra lagi. Aku tersenyum, terserah kamu saja.... kataku. Agra mengambil tanganku dan digenggam dalam pangkuannya. Setelah pertemuan itu, aku mulai berpikir dengan hidupku, keluargaku, anakku dan juga mamaku. Kesehatanku perlahan mulai memburuk dan pada akhirnya aku periksakan tentang penyakitku. Bagai disambar petir saat dokter mendiagnosaku ada virus HIV dalam tubuhku. Sejak itu sering terjadi pertengkaran aku dengan istriku, dia menuduhku berselingkuh dan ini akibatnya atas perbuatanku. Aku sakit hati dengan tuduhannya, aku tak pernah melakukannya selain dengan istriku, tapi aku tak bisa membuktikan atau menolak tuduhan istriku. Akhirnya aku putuskan untuk melepaskannya demi anakku. Aku tidak mengingikan anakku tahu keadaan diriku. Biar aku dan istriku saja yang mengetahuinya. Mamaku, setelah mendengar aku akan berpisah, mamaku jatuh sakit dan sebulan kemudian pergi ke surga menyusul papa. Lengkap sudah cobaan yang aku terima. Orang yang ku sayangi satu persatu meninggalkanku. Dan secara perlahan aku pun merasakan akannya datang kematian. Kamu percaya kepadaku Rida... kalau aku tak pernah berbuat hina dengan wanita lain...? tanya Agra. Aku tak menjawab, aku hanya menganggukan kepalaku. Aku juga tidak tahu kenapa virus jahanam ini ada dalam tubuhku... ratapnya. Aku memang aktif dalam kegiatan sosial waktu di kampus hingga saat sebelum aku di vonis terinfeksi HIV. Aku rutin tranfusi darah untuk orang-orang yang membutuhkan. Tapi aku tidak bisa salahkan siapa-siapa. Mungkin ini rahasia Tuhan agar aku selalu ingat dengan-Nya. Kini aku hidup seorang diri, yang ditemani kursi roda ini. Ternyata masih ada seorang wanita tua yang mau merawatku dengan tulus. Beliau, bagiku pengganti mama yang telah meninggalkanku. Air mataku terus mengalir saat mendengarkan cerita Agra, sesekali jemari Agra menghapus air mataku, aku hanya tersenyum pahit. Kasihan Agra, kenapa Tuhan memberi cobaan begitu berat untuknya. Agra orang yang baik, dia pria yang tabah menjalani cobaan ini. Aku coba kuatkan hatiku, aku coba untuk berkata kepadanya. Sabar ya Agra...Tuhan punya rencana yang paling indah untukmu. Percaya itu.... kataku meyakinkannya. Maafkan aku ya....mungkin selama inu aku pernah menyakitimu ataupun mengecewakanmu. Aku sayang sama kamu. Aku ingin kamu bahagia seperti hidupku, Agra hanya tersenyum dan kembali memelukku erat. Seakan tidak akan pernah melepaskanku lagi pergi darinya. Aku senang hidupmu bahagia Rida... bisiknya. Jaga dirimu baik-baik, jangan pernah menyakiti atau mengecewakan suamimu, dan juga anak-anakmu... tambah Agra. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Pulanglah... masih ada yang menunggumu di rumahmu. Aku tersadar, kulihat jam tangan yang melingkar di tanganku. Pukul 11.00 WIB waktunya aku jemput anak-anak pulang sekolah. Makasih Agra... kamu mengingatkanku, kataku. Aku pulang dulu, aku janji akan menengokmu lagi... bolehkan, kataku. Agra hanya tersenyum dan mengangguk. Sebelum pulang aku menghampirinya sambil kuberbisik, Tetaplah hidup dan bertahan untuku Agra... Kucoba untuk tersenyum walau terasa pahit. Iya Rida... aku akan berusaha bertahan untuk melihatmu bahagia. 

Aku meluncur ke sekolah anak-anakku, kasihan si adik lama menunggu. Maafkan bunda nak, bunda akan selalu untukmu. Setelah menjemput kedua anak-anakku, aku tidak ke butik seperti biasa. Aku ingin menemani bidadari-bidadariku main dirumah. Ingin aku masak masakan kesukaanya. Bunda tidak kerja... kata si Kakak (Alexa). Bunda ingin temani kakak dan adik dirumah hari ini. Bunda kangen sama bidadari bunda... jawabku sambil memeluk kedua anak-anakku. Asyik... bunda dirumah temani kakak sama adik... teriak mereka girang. Wajah-wajah lucu dan kepolosannya membuat aku bahagia. Bunda, telepon ayah dong, biar bisa makan bareng kita di rumah... kata Alexa. Iya bun... imbuh si adik (Adara). Pasti seru dech... kata mereka serempak. Iya bunda telepon ayah dulu ya... mudah-mudahan ayah bisa makan bareng kita... kataku. Kucoba hubungi telepon suamiku. Ayah, mama di rumah tidak usah dijemput nanti... kataku memberitahunya. Ayah sibuk tidak hari ini...? Anak- anak ingin makan bareng ayah sama bunda dirumah... tambahku. Iya aku usahakan pulang secepatnya biar bisa makan siang bareng... jawanya singkat. OK ditunggu ya, Yah.... kataku sambil tersenyum kearah anak-anak. Mereka girang. Ya Tuhan, begitu bahagianya anak-anak bisa makan bareng di rumah. Selama ini mungkin mereka merasa kesepian dan kehilangan kehadiran ayah dan bundanya. Tapi mereka tidak pernah mengeluh. Karena mereka tahu kalau ayah dn bundanya kerja untuk mereka. 

Setelah anak-anak tidur, sore itu aku ceritakan pertemuanku dengan Agra ke suamiku. Maaf mas... aku ingin cerita ke mas Pram, tapi aku harap mas Pram tidak marah... kataku. Mas Pram mengangguk menyetujui. Maaf mas, aku mendapat kabar tentang Agra, dia sedang sakit dan aku mencari tempat tinggalnya... kataku. Mas Pram mulai fokus mendengarkan ceritaku. Tadi aku mencarinya, ternyata rumahnya tidak jauh dari rumah kita. Agra terinveksi HIV mas... kasihan dia badannya kurus dan pucat... tambahku. Dia menceritakan kenapa bisa terinfeksi HIV, karena transfusi darah. Dan aku percaya itu, Agra pria yang baik, tak mungkin dia melakukan perbuatann yang hina itu. Dia kini hidup menyendiri ditemani seorang wanita tua. Istrinya meninggalkannya setelah mengetahui penyakitnya... jelasku ke Mas Pram. Mas Pram kan seorang dokter pasti tahu bagaimana seseorang bisa terinfeksi HIV ... tambahku. Apa mas bisa membantu Agra meringankan sakitnya. Mungkin ada obat yang dapat menyembuhkannya atau paling tidak untuk memperpanjang umurnya mas, Rida mohon... mas Pram bisa membantu Agra, rajukku ke mas Pram. Mas Pram terdiam dan memandangiku. Jawab jujur pertanyaanku Rida..., kata Mas Pram. Aku mengangguk mengiyakan. Apa kamu masih mencintainya... tanya mas Pram. Aku menyayanginya mas...menyayanginya sebagai sahabat dan juga saudara. Dia pria yang baik, selama menjalin hungungan denganku dia tak pernah sekalipun menyakitiku apalagi merusakku. Dia selalu menolongku dan menjagaku... paparku mengapa alasanku meminta untuk mas Pram menolongnya. Rida hanya ingin balas budi, atas kebaikanya, tak lebih dari itu mas... jawabku. Hidup dan matiku hanya untuk mas Pram dan anak-anak, percaya Rida mas.... kataku sambil memegang tangannya meyakinkan. Mas Pram akhirnya memelukku, Jujur aku marah, aku cemburu, kamu masih saja mengingatnya, saat ini kamu masih sayang kepadanya... kata mas Pram. Bagaimana dengan aku di hatimu Rida... tanya mas Pram. Rida mencintai mas Pram hingga lubuk hati terdalam, tak ada pria dalam hidupku selain mas Pram... Rida jauh menyayangi mas pram dari pada siapapun. Seandainya Rida harus memilik antara mas Pram dan Agra... aku tetap memilih mas Pram dan anak-anak, jelasku meyakinkan mas Pram. Tapi Rida mohon... jangan suruh aku untuk memilih mas, karena pilihan itu menyakitkan hati, tambahku. Mas Pram melepaskan pelukannya dan memandangiku... jarinya mengusap air mata yang mengalir di pipiku. Mas akan menolong Agra semampu mas... kata mas Pram tersenyum. Kembali aku memeluk mas Pram sambil mengucapkan terima kasih. Tapi ingat dirimu dan kewajibanmu ya... tambah mas Pram. Aku mengangguk. Rida akan resend dulu di butik Mas... biar Hani dan Desi yang menangani semua pekerjaan di butik. Aku ingin mengurus Mas Pram, anak-anak dan juga Agra. Mas Pram tidak keberatankan... tanyaku. Teruskan niatnya untuk berbuat baik...selama kamu bahagia menjalaninya, aku turut bahagia, tambah mas Pram. Terima kasih Tuhan, Engkau telah berikan hamba suami yang sempurna, bahagiakan dan lindungi mas Pram dalam hidupnya, amin terucap doa dalam hatiku. 

Hari minggu pagi aku dan mas Pram serta anak-anak pergi ke rumah Agra. Pertama kali aku perkenalkan keluargaku ke Agra. Seperti biasa Agra berada di taman sambil memandangi ikan-ikan yang berenang, aku hampiri Agra. Agra ada seorang yang ingin menemuimu... bisikku. Siapa...? tanya Agra. Mas Pram dan anak-anak berjalan menghampiriku dan Agra, dan aku mendorong kursi rodanya ke arah mas Pram. Agra perkenalkan ini mas Pram...suamiku dan ini Alexa si kakak dan ini adik (Adara). Mas Pram mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, dan tak ketinggalan si kakak dan si adik memperkenalkan diri. Saya kakak Alexa Om... Aku Adik Adara Om.... kata anak-anakku lucu. Nama om siapa...tanya Alexa dan Adara. Nama Om, Agra, kakak dan adik bisa panggil Om Agra, bidadari cantik... jawab Agra gemes sambil mencubit pipi kakak dan adik perlahan. Om, teman Bunda ya...? tanya Alexa. Agra hanya mengangguk. Kalau teman bunda, kenapa om tidak pernah main kerumah Alexa, kan kita bisa main bareng kalau bunda dan ayah kerja...tambahnya. Aku dan Mas Pram hanya tersenyum melihat tingkah anak-anakku yang polos. Rupanya mereka kesepian mas.... kataku ke mas Pram. Mas Pram mengangguk mengiyakan. Aku dan mas Pram duduk di bangku taman memperhatikan Agra dan anak-anak bercanda. Agra pasti juga merindukan anak dan istrinya.... kataku ke mas Pram. Kasihan Agra, disaat seperti ini disaat dia butuh dukungan dari orang terdekatnya, dia malah diasingkan jauh dari orang-orang yang dicintainya, seandainya ini terjadi pada aku dan keluargaku, tidak mungkin ini aku lakukan. Akan aku temani mereka hingga pergi ke surga... gumanku. Mas Pram memelukku begitu erat. Terima kasih Rida, aku bahagia dan bangga telah memilikimu. Terima kasih Tuhan telah kau berikan aku seorang istri yang baik dan mulia hatinya. Tidak terasa hari sudah sore, aku dan mas Pram serta anak-anak mohon diri, terlihat wajah berat Agra saat melepaskan kepergianku dan anak-anak. Mas Pram berpamitan ke Agra, cepat sembuh ya... tadi aku bawa oleh-oleh untukmu, jangan lupa diminum... kata mas Pram ke Agra. Makasih banyak mas Pram... semoga mas Pram di berikan kebahagian dengan keluarga. Mas Pram mengangguk... Amin. Alexa dan Adara juga berpamitan, Om... Alexa pulang dulu ya besok main lagi, Adara juga ya Om Agra... semoga Om cepat sembuh, nanti kalau sudah sembuh om Agra ganti main ke rumah Adara, main bersama, pasti seru ya kak....kata Adara dengan lucunya. Iya... Om Agra janji, kalau Om Agra sembuh, pasti main ke rumah Adara dan Alexa, terus kita main bareng deh sepuasnya. Bagaimana? Setuju... kata Agra sambil mengelus kepala anak-anak. Setuju...jawab anak-anak serentak. Kakak, adik sudah yuk... pulang, Om Agra biar istirahat, biar cepat sembuh, ya... kataku ke anak-anak. Iya bunda... kata mereka serempak. Aku menghampiri Agra, Aku pulang dulu nanti aku kesini lagi tengok kamu... kataku. Cepat sembuh dan bertahanlah hidup untuku ya... bisikku. Agra hanya tersenyum dan mengangguk. Ku dorong kursi roda Agra ke teras, `dia ingin mengantarku dan melihatku pulang. Agra melambaikan tangannya, Daaa...daaa....Alexa, Adara.... besok main ke rumah om lagi ya... kata Agra. Anak-anak pun melambaikan tangan sampil berkata iya...om Agra, besok kakak sama adik kesini lagi..... BERSAMBUNG

Jumat, 22 April 2011

DI PERSIMPANGAN JALAN

Siapapun yang berpergian dan kemanapun kita berjalan pastilah kita selalu menemuhi persimpangan jalan, apalagi di ibukota yang ramai ini. Ada jalan yang lurus, ada yang kekiri, ada yang ke kanann, utara selatan, timur dan barat.

Apabila kita mengetahui tepat tempat yang akan kita tuju, maka kita tidak akan ragu menentukan jalan mana yang akan kita tempuh. Belok kirikah, kanankah atau lurus. Kalau tempat yang kita tuju baru sekali kita kunjungi, paling tidak kita harus memegang alamatnya dan untuk tidak tersesat di jalan kita akan bertanya kian kemari.

Bayangkan, kalau kita pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui persis alamatnya, kita akan mendapatkan kesulitan. Jika kita bandingkan perjalanan dijalan raya ini dengan perjalanan hidup manusia di dunia ini, rasanya tidak banyak berbeda. Manusia tidak lebih dari seorang musafir yang sedang berpergian menuju suatu tempat. Bedanya dalam perjalanan hidup di dunia untuk menuju tempat yang dituju manusia harus dulu menjalani proses perjalanan akhir di dunia, proses perpindahan dari tempat yang fana menuju tempat yang abadi. Tidak ada makhluk hidupyang tidak mengakhiri hidupnya di dunia. Sudahkah kita siap dan memperoleh alamat yang lengkap untuk menuju tempat yang abadi.

Dalam perjalanan hidup manusia banyak menemuhi persimpangan jalan. Perjalanan yang harus ditempuh seorang muslim sudah jelas. Tinggal lagi ia harus mempelajari dengan benar jalan yang harus kita temppuh. Seharusnya, kalau kita mengetahui, kita tak akan ragu lagi untuk mmemilih jalan untuk menuju tempat yang tepat. Tetapi justru disinilah perbedaan perjalanan manusia di jalan raya dengan musafir dalam perjalanan hidupnya. Ketika musafir tiba dipersimpangan jalan, selalu ada yang membisikannya untuk menempuh jalan yang salah. Itulah peranan Iblis, yang bersumpah dihadapan Allah untuk menggoda setiap Bani Adam di perjalanan hidupnya. Untuk Itu Hanya kepada Allah SWT kita selalu meminta petunjuk untu membimbing kita ke tempat yang dituju.