Jumat, 09 April 2010

BALI & SEIKAT MAWAR PUTIH


Jakarta, tanggal 30 Maret 2010.
“Ratih, dipanggil sama bos tuh”, kata Santi yang baru keluar dari ruangan pak Andra. “ Ada apa San tumben banget tuh bos angkuh panggil aku? “ tanyaku sambil jalan menuju ruangan pak Andra. “ Entar kamu juga tahu sendiri”, jawab Santi singkat. banyak pertanyaan berkecamuk dalam otak ku, Jangan-jangan aku kena marah pak Andra. Pak Andra adalah putra Pak Lukman yang mempunyai perusahaan ini. Dan kini dia menjadi Bos baru di perusahaanku. Sifatnya sungguh jauh beda dengan pak Lukman yang selalu senyum dan ramah kepada semua pegawainya. Ku ketuk pintu ruangan nya, “ Permisi Pak, Bapak memanggilku?” tanyaku. “Duduklah…!” katanya tanpa memalingkan muka ke arahku. Aku duduk di hadapannya dan dia masih sibuk dengan pekerjaannya. Aku mencoba sabar menunggu apa yang akan terjadi. Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah amplop coklat dari laci mejanya. Ini tiket pesawat ke Bali, besok kamu temeni saya ketemu Klien di sana. Kok mendadak begini Pak, tanyaku singkat. “Gak ada alasan, sekarang kamu boleh pulang duluan untuk persiapan besok,” kata pak Andra. “Oh ya, besok kita ketemu di bandara, “ tambahnya tanpa ekspresi. Tanpa berkata kata dengan perasaan dongkol aku keluar ruangan pak Andra. “Dasar Orang ga tahu perasaan”, Gumanku. Kenapa Ratih? tanya Santi. Itu bos kamu kalau ada maunya, ga lihat-lihat orang, main perintah saja. “Emang diperintah apa sih, kamu kok keberatan, Tanya Santi. “ Gimana ga keberatan San, Besok aku harus ke Bali, nih tiketnya, kataku sambil sodorkan amplop dari pak Andra. “Aku kan dah punya keluarga, iya kalau Mas Danar ijinkan kalau nggak, kan bisa runyam, tambahku. “ Iya sudah lah ratih, berdoa saja semoga semua baik-baik saja dan dapat berjalan lancar semuanya”, hibur Santi.
Malam telah tiba, waktu menunjukan pukul 21.00, aku selesai berkemas, semua perlengkapan dan baju untuk waktu 3 hari, tinggal menunggu mas Danar pulang, semoga mas Danar ijinkan aku untuk berangkat ke Bali besok. Sebenarnya kalau ada pilihan, aku tidak akan berangkat, karena baru kali ini aku jauh sama keluargaku. Kasihan Bayu kecilku, dia pasti akan kehilanganku, ku pandangi buah hatiku yang tertidur disampingku. Mas Danar masuk ke kamar. “Mas, Sudah pulang…, aku bangun menghampirinya, dan mencium tangannya. “Mas Danar mau mandi dulu atau mau makan”? tanyaku. “Mau mandi dululah biar segar ", jawab mas Danar. Selesai makan, kita berajak ke kamar untuk beristirahat. “Capek ya mas, mau ratih pijit? tanyaku ke mas Danar. “Kamu ga capek”? tanya mas Danar. Aku cuma menggelengkan kepala. ” Mas, Ratih mau minta ijin, besok Ratih harus mendampini bos ke Bali, Ada rapat sama klien di sana,” Jelasku sambil terus memijit kakinya. “Gimana mas, boleh Ratih berangkat”? Tambahku. “Kalau ga boleh sangsinya apa”? Tanya mas Danar. “Ratih ga tau mas,…mungkin pindah kantor atau mungkin diberhentikan”, jawabku. “Berapa hari kamu di Bali “? tanya mas Danar lagi. “Tiga hari mas,” jawabku singkat. ” Kamu boleh berangkat,” jawab mas Danar . “Benar mas, Ratih boleh berangkat,” kataku sedikit tak percaya. “ Iya, “ jawab mas Danar sambil tersenyum. Terima kasih ya mas, kataku girang, sambil ku cium mas Danar. “Tapi ingat ya, kamu jangan sampai terlambat makan, jaga kesehatan, istirahat yang cukup,” pesan mas Danar. Aku hanya tersenyum, “emang Ratih anak kecil mas,” kataku sedikit tersipu. Sekarang istirahat besok kamu harus berangkat. Iya mas kataku sambil merebahkan kepalaku di samping mas Danar. Lega rasanya hati, beban satu hari ini telah lenyap, dalam pelukan mas Danar aku tertidur pulas.

Jakarta, 31 Maret 2010.
Perjalanan dari Jakarta - Bali sampai ke Hotel tempat aku menginap kurang lebih 4 jam tapi rasanya begitu lama, perasaan kecewa masil lekat dihati ini. Dalam perjalanan walau aku duduk berdampingan sama pak Andra, aku banyak diam . Aku rasa dia juga tahu kalau aku masih marah. “Maaf ya Ratih, kalau saya tidak konfirmasi dulu sama kamu tentang keberangkatanmu ke Bali untuk dampingiku”, kata Pak Andra. Berita nya ini juga mendadak, jelasnya. Aku hanya diam, cuma gak percaya aja kalau dia bisa minta maaf. Aku pikir dia pria yang paling egois di dunia ini. “ Kamu masih marah ya?” tambahnya. Aku hanya menggeleng. Aku sudah sampai di depan pintu kamar hotel, dan ternyata ku dan kamar Pak Andra bersebelahan. “Kamu Istirahat dulu, nanti kita bertemu waktu makan malam,” kata Pak Andra. “Selamat istirahat….,” tambahnya. Aku hanya mengangguk, Lalu aku masuk ke kamarku. Ku rebahkan badanku ke tempat tidur. Sambil berangan aku pejamkan mata , Seandainya sekarang ini ada mas Danar, alangkah bahagianya bisa menikmati Bali berduaan. Semoga Tuhan mengabulkan doaku dan mewujudkan anganku.
Aku terbangun saat Magrib tiba. Setelah Sholat Magrib, aku persiapan untuk makan malam. Saat berdandan tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk. “
"Ratih waktunya makan malam, aku tunggu di bawah,” . Itu suara pak Andra. Aku bergegas ke lobi untuk makan malam, takut kalau pak Andra marah. Dia kan orangnya temperamen, Cepet marah…. malas banget dech berurusan dengannya. “Malam Ratih, gimana istirahatmu?” suara itu mengagetkanku. Ternyata itu pak Andra, dia menghampiriku dan menunjukkan meja makan yang telah dia pesan. Dengan terheran-heran, aku mengikutinya. Dia menarik kursi dan mempersilahkanku duduk. Dengan sedikit malu aku duduk . “ Sudah jangan kaku gitu, santai saja. "Ini bukan di kantor lagi," Kata pak Andra. Seorang waitres menghampiri meja kita. “Maaf Pak, apa pesanan sudah bisa diantar? “ tanya waitres itu. “ Bisa mas, “ jawab pak Andra singkat. Tak begitu lama makanan datang. “Ratih ayo makan, habiskan semua ya makanannya,” kata Pak Andra. Aku hanya tersenyum. “Emang kuli pak, makan segini banyaknya, bapak aja yang habisi itu semua makanan, “ Jawabku. “Nah gitu dong….ternyata kamu bisa senyum juga, dari Jakarta sampai di sini kamu manyun terus,” kata Pak Andra. “ Ternyata kamu cantik juga kalau tersenyum,” tambahnya. Aku hanya tersipu tanpa berkomentar. “Gimana dengan keluargmu? “Tanya pak Andra. “Semua baik-baik pak,” jawabku. “Maksudku kok kamu bisa berangkat , apa suamimu mengijinkan?” Tanya pak Andra lagi. “Iya, suami saya mengijinkan untuk berangkat ke sini, “Jawabku. Sambil menikmati makanan pak Andra cerita tentang keluarganya, anak-anaknya dan juga istrinya. Ternyata keluarga pak Andra cukup harmonis dan yang buatku terheran-heran ternyata dia seorang pria yang care terhadap keluarga, dan tidak angkuh seperti penilaianku selama ini. “ Oh ya, besok kita ketemu klien jam 9.00 pagi, kamu persiapkan semuanya ya,” kata Pak Andra. “Mudah-mudahan proyek ini gol,” tambah pak Andra. Waktu berlalu begitu cepat. Aku dan pak Andra kembali ke kamar, sampai di depan pintu kamarku pak Andra berhenti. Selamat malam Ratih, selamat beristirahat, semoga kamu mimpi yang indah,” kata pak Andra. “ Terima Kasih, Selamat malam juga,” jawabku sambil tersipu. Pak Andra tersenyum sambil berlalu menuju kamarnya.

Bali, 1 April 2010.
Pagi ini aku dan pak Andra menemui klien, aku harus persiapkan semuanya. Aku ingin menunjukkan bahwa aku pegawai yang dapat diandalkan dan berkemampuan. Aku tidak ingin mengecewakan pak Andra. Dalam pertemuan selama kurang lebih empat jam, kita akhirnya dapat menyakinkan klien kita. Dia mempercayakan proyek yang besar untuk di tangani perusahaan kita. Pak Andra sangat bahagia, atas jerih payah ini. “Selamat ya Ratih, kamu telah bekerja secara maksimal, aku ternyata tidah salam memilih kamu untuk mendampingiku,” puji pak Andra. “ Kamu memang Hebat,” tambahnya. “Makasih Pak, pujiannya” jawabku tersipu. “Justru Bapak yang Hebat, saya hanya sekedar mendampigi pak Andra”, jelasku. “Sudahlah ini semua berkat kerja sama kamu dan aku, kata pak Andra. Aku hanya tersenyum dan menggangguk. “Nanti malam kita rayakan keberhasilan ini, gimana Ratih?” kata pak Andra. Setuju pak, jawabku singkat. “Gimana kalau sekarang kita keliling Bali, lihat- lihat suasana di sini pasti menyenangkan, Kamu mau menemaniku? “ tanya pak Andra. “Bisa pak, jawabku singkat. Aku menemani pak Andra keliling bali, ke tanah lot, Kintamani, dan sangeh. Keakraban timbul dalam suasana yang menyenangkan. Ternyata pak Andra orang yang romantis. Dia membelikan oleh-oleh buat istrinya dan juga anak-anaknya. Dia memintaku untuk memilihkan cindera mata sebuah gelang mutiara buat istrinya. “ Pilih satu yang kamu suka untuk mu Ratih, “ kata pak Andra. Aku hanya terdiam. “Ayolah pilih, sebagai tanda terima kasihku, karena kamu telah menemaniku ke Bali ini,” kata pak Andra. “ Apa aku yang pilihkan?” kata Pak Andra. “Gak usah pak, biar ratih yang pilh sendiri, “ jawabku. Akhirnya aku memilih gelang mutiara dengan model lain,” Terima kasih banyak pak,” kataku.
Malam itu aku dan pak Andra makan malam di tempat biasa. “ Kamu boleh pesan makanan yang kamu suka Ratih, “ kata pak Andra. Aku hanya tersenyum mengiyakan. Seperti biasa, di saat makan pak Andra menceritakan anak-anaknya. Suasana bertambah lebih akrab, pak Andra juga menanyakan tentang anak dan suamiku. Kesan bawahan dan atasan hilang, yang ada hanyalah seorang teman yang saling sharing tentang keluarga masing-masing. Malam semakin larut, akhirnya kita kembali ke kamar masing-masing. Karena besok kita sudah harus kembali ke Jakarta.

Bali, 2 April 2010,
Pagi yang indah, aku persiapan untuk balik ke Jakarta, semua perlengkapan yang aku bawa telah selesai kupersiapkan tinggal menunggu waktu saat chek out, tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk. “ Selamat pagi Mbak, ini ada bingkisan dari seseorang, dia menunggu mbak di lobby,” kata seorang pelayan hotel sambil menyerahkan seikat mawar putih. “ Permisi mbak,” tambah nya sambil berlalu. “Aduh, apa lagi ini, Siapa yang mengirim bunga mawar ini? Tanyaku dalam hati. Aku mencoba mencari kartu yang ada diikatan mawar itu, “ SElamat Ulang Tahun Sayang, Semoga Panjang Umur dan tambah cantik. I love You dari Yang Mencintaimu”. Itu kata-kata yang ada di kartu. Aku semakin bingung. Apa mungkin Pak Andra yang mengirim bunga mawar ini. Tapi tidak mungkin, pak Andra tidak tahu kalau sekarang hari ulang tahunku. Dari pada bingung aku memutuskan menemui orang itu. Aku masuk ke kamar, menaruh mawar itu dan bergegas ke Lobby. Mas Danar….., Mas Danar tersenyum lebar dan menghampiriku, dia memelukku sambil mengucapkan selamat ulang tahun, Hatiku berbunga……senang sekali, kayak dalam mimpi…….”. Kok mas Danar bisa sampai sini, ada acara apa? Dinas dari kantor mas ya…….? Gimana dengan Bayu mas? Di rumah Bayu sama siapa? Tanyaku beruntun. Mas Danar hanya tersenyum, Bayu di rumah sama Ibu, kata mas Danar.” Aku ke Bali sengaja untuk menemuimu Ratih, Sebagai Hadiah Ulang Tahunmu, kita Honeymoon di Bali,” Jelas mas Danar.
“Ah…mas Danar bisa aja, becanda ya…..,” kataku tersipu malu . “Tapi mas hari ini Ratih sudah harus ke Jakarta”, Tambahku. Tiba-tiba Pak Andra ada diantara kita, “Pagi Ratih……,” Sapa Pak Andra. “Pagi Pak….,” Jawabku. “ Maaf Pak, perkenalkan ini Suami Ratih, Mas Danar…..” kataku memperkenalkan mas Danar kepada Pak Andra. Kita sarapan pagi bertiga, di lobby hotel. Mas Danar menceritakan kedatangannya ke Bali. “Selamat Ulang Tahun Ya Ratih,” kata Pak Andra. Sebagai hadiah ulang tahunmu kamu boleh tinggal lagi di Bali 2 hari lagi. Kamu bisa nikmati liburan bersama suamimu. Biar nanti semua biaya saya yang mengurus. Sebelum Pak Andra kembali ke Jakarta, dia memesankan tiket wisata ke Lombok untuk aku dan mas Danar . “Makasih banyak atas kebaikan bapak,” kataku. “ Maaf, Ratih tidak bisa menemani bapak kembali ke Jakarta.,” tambahku . Pak Andra hanya tersenyum…. “Nikmati hari-harimu bersama orang yang kamu sayangi. Sampai ketemu di kantor…….,” kata Pak Andra.

Ini adalah Kado Ulang Tahunku yang sangat berkesan dan membahagiakan sepanjang hidupku, “Bali dan Seikat Mawar Putih”. Kupanjatkan puji syukur ,ternyata aku hidup diantara orang-orang yang menyayangiku dan juga memperhatikan kebahagiaanku. Terima Kasih Tuhan, Engkau telah mengabulkan doaku, Menikmati Bali bersama Mas Danar, Suamiku.